InfoSAWIT, JAKARTA – Ketua Umum Rumah Sawit Indonesia (RSI), Kacuk Sumarto, menegaskan pentingnya melanjutkan moratorium ekspansi sawit dan mengalihkan fokus pada intensifikasi melalui program peremajaan. Hal ini diungkapkan dalam diskusi terkait masa depan industri sawit di Indonesia.
Menurut Kacuk, produktivitas perkebunan sawit saat ini masih jauh dari optimal. Rata-rata hasil produksi sawit rakyat hanya mencapai 2,5 ton per hektar per tahun, sementara potensi maksimalnya bisa mencapai 5 ton per hektar. “Kalau intensifikasi berhasil, kita bisa meningkatkan kapasitas produksi hingga 18-20 juta ton per tahun tanpa perlu ekspansi lahan baru,” ujarnya kepada InfoSAWIT, Senin (18/11/2024) di Jakarta.
Namun, intensifikasi hanya dapat dilakukan melalui peremajaan tanaman. Ia menyoroti perlunya regulasi yang mendukung, termasuk pemetaan kawasan dan penyelesaian status lahan petani yang masih terdaftar sebagai kawasan hutan. “Banyak lahan yang sudah bersertifikat hak milik, tetapi masih masuk dalam kawasan hutan. Ini harus diselesaikan agar petani dapat lebih leluasa meningkatkan produktivitasnya,” tambahnya.
BACA JUGA: Harga CPO KPBN Inacom Turun 0,62 persen Pada Senin (18/11), Harga CPO di Bursa Malaysia Melemah
Kacuk juga mendorong kemitraan antara perusahaan dan petani dalam program peremajaan. Ia optimis bahwa dalam tiga tahun ke depan, kemitraan ini dapat memberikan hasil signifikan. Meski demikian, ia mengakui bahwa perkebunan sawit membutuhkan waktu untuk kembali ke produktivitas normal, mengingat siklus tanaman sawit yang panjang.
Stabilitas Harga Sawit
Selain produktivitas, Kacuk menyoroti pentingnya menjaga stabilitas harga sawit. Ia mengusulkan kebijakan buka-tutup ekspor sebagai salah satu solusi untuk menjaga keseimbangan pasar. “Ketika harga tinggi, ekspor bisa dikurangi. Sebaliknya, ketika harga rendah, ekspor ditingkatkan untuk menjaga pendapatan petani,” jelasnya.
Ia menekankan perlunya rekomendasi kebijakan yang lebih integratif dan tidak terfragmentasi. “Kebijakan selama ini sering terpotong-potong dan tidak menyentuh akar masalah. Kita perlu kebijakan yang melibatkan semua pihak, terutama petani, untuk menghasilkan solusi yang komprehensif,” ujar Kacuk.
BACA JUGA: Genjot Produktivitas Sawit Rakyat, Bisa Dukung Kebijakan Mandatori Biodiesel B50
Sebagai organisasi yang fokus pada pengembangan sawit berkelanjutan, RSI berkomitmen untuk membantu pemerintah menyusun kebijakan yang mendukung petani dan industri secara keseluruhan. “Kami akan terus mendorong langkah-langkah strategis agar sawit Indonesia dapat bersaing di pasar global, sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani,” tutup Kacuk.
Dengan fokus pada peremajaan, intensifikasi, dan stabilitas pasar, RSI berharap industri sawit Indonesia dapat berkembang lebih optimal, berkelanjutan, dan inklusif. (T2)