InfoSAWIT, JAKARTA – Neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus sebesar US$ 2,48 miliar pada Oktober 2024. Surplus ini terdiri atas surplus nonmigas sebesar US$ 4,80 miliar dan defisit migas senilai US$ 2,32 miliar. Menteri Perdagangan Budi Santoso menyatakan, capaian ini memperpanjang tren surplus neraca perdagangan Indonesia selama 54 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
“Surplus sebesar US$ 2,48 miliar pada Oktober 2024 ini melanjutkan tren positif neraca perdagangan selama 54 bulan berturut-turut. Kami optimistis kinerja neraca perdagangan Indonesia akan terus membaik,” ujar Budi dalam keterangannya, dikutip InfoSAWIT, Selasa (26/11/2024).
India, Amerika Serikat (AS), dan Filipina tercatat sebagai kontributor terbesar surplus perdagangan nonmigas pada Oktober 2024. Surplus perdagangan dengan India mencapai US$ 1,56 miliar, AS US$ 1,52 miliar, dan Filipina US$ 0,80 miliar. Sementara itu, defisit perdagangan nonmigas disumbangkan oleh Tiongkok, Thailand, dan Singapura, dengan total defisit mencapai US$ 1,41 miliar.
BACA JUGA: Polisi Gagalkan Pencurian Buah Kelapa Sawit, Satu Pelaku Tewas Ditembak
Secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia selama Januari–Oktober 2024 mencatat surplus sebesar US$ 24,43 miliar. Surplus ini berasal dari surplus nonmigas senilai US$ 41,82 miliar yang mengimbangi defisit migas sebesar US$ 17,39 miliar.
Pada periode Januari–Oktober 2024, ekspor Indonesia mencapai US$ 217,24 miliar, meningkat 1,33 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Ekspor nonmigas tumbuh menjadi US$ 204,21 miliar, naik 1,48 persen dari US$ 201,23 miliar pada periode yang sama tahun 2023.
Beberapa produk nonmigas mengalami peningkatan nilai ekspor signifikan, termasuk logam mulia dan perhiasan/permata (US$ 1,68 miliar), barang dari besi dan baja (US$ 1,54 miliar), tembaga (US$ 1,09 miliar), serta kakao dan olahannya (US$ 1,03 miliar).
BACA JUGA: Kementerian Lingkungan Hidup Dorong Pemanfaatan Metana di Industri Sawit untuk Dukung Target Iklim
Pada Oktober 2024, total ekspor Indonesia mencapai US$ 24,41 miliar, naik 10,69 persen dibanding September 2024. Ekspor nonmigas mencapai US$ 23,07 miliar, tumbuh 11,04 persen secara tahunan (YoY). Sektor pertanian menjadi penyumbang kenaikan tertinggi sebesar 17,57 persen, diikuti industri pengolahan 12,04 persen, dan sektor pertambangan 2,16 persen.
Komoditas unggulan seperti barang dari besi dan baja, lemak dan minyak nabati, serta tembaga mencatatkan pertumbuhan signifikan. Sementara itu, beberapa produk seperti nikel, logam mulia, dan kendaraan mengalami penurunan ekspor.
Negara tujuan utama ekspor nonmigas adalah Tiongkok, AS, dan India, dengan kontribusi mencapai 43,48 persen dari total ekspor. Peningkatan ekspor juga terlihat di negara-negara seperti Bangladesh, Mesir, dan Arab Saudi.
BACA JUGA: Kabupaten Seruyan Tegaskan Komitmen Keberlanjutan melalui Sertifikasi RSPO Yurisdiksi
“Kebutuhan minyak sawit dan turunannya di beberapa negara menjadi faktor pendorong utama kenaikan ekspor nonmigas pada Oktober 2024,” pungkas Budi.(T2)