InfoSAWIT, JAKARTA — Direktur Eksekutif Satya Bumi, Andi Muttaqien, mengkritik pidato Presiden RI yang disampaikan oleh Prabowo Subianto dalam Musyawarah Rencana Pembangunan Nasional (Murenbangas) 2025-2029. Andi menyebut pernyataan tersebut berpotensi membahayakan lingkungan, terutama terkait ekspansi lahan sawit dan pembukaan hutan alam.
Penelitian yang dilakukan oleh Satya Bumi menunjukkan bahwa kapasitas maksimal (cap) untuk perkebunan sawit di Indonesia hanya mencapai 18,15 juta hektare. “Industri sawit di Indonesia terlalu ekspansif dalam dua dekade terakhir. Jika dibiarkan tanpa pengendalian, potensi kerugian jangka panjang secara ekonomi dan ekologi akan sangat besar,” ujar Andi dalam keterangannya kepada InfoSAWIT, Rabu (1/1/2025).
Meski data Mapbiomas mencatat penurunan deforestasi akibat kebun sawit antara 2018 hingga 2021, angka tersebut meningkat kembali pada 2022. Menurut Andi, langkah yang lebih bijak adalah intensifikasi kebun sawit yang ada, bukan ekspansi lahan baru yang merusak hutan alam.
BACA JUGA: Kebijakan Pemerintah Mestinya Berpihak Ke Petani Sawit, Jangan Naikan Tarif PE CPO Lagi!
Andi juga menyoroti pemahaman Presiden terkait deforestasi yang dianggap terlalu sederhana. “Deforestasi tidak hanya soal hutan yang gundul, tetapi juga hilangnya lanskap hutan lindung yang kaya keanekaragaman hayati. Hutan hujan tropis, misalnya, dapat menyerap hingga 7,6 juta ton karbon per tahun atau setara dengan 15% emisi tahunan manusia,” jelasnya.
Ia menekankan bahwa hutan alam tidak bisa disamakan dengan kebun kelapa sawit monokultur. Perkebunan monokultur tidak hanya mengurangi kemampuan penyerapan karbon, tetapi juga menyedot unsur hara tanah, sehingga sulit direboisasi menjadi hutan alam.
Menurut Andi, pernyataan Presiden yang mendorong ekspansi lahan sawit bertentangan dengan komitmen iklim Indonesia dan langkah-langkah pengendalian deforestasi yang telah dilakukan. “Kelapa sawit yang ditanam di atas tanah bekas hutan alam tidak dapat menggantikan fungsi hutan tersebut. Perbedaannya sangat mendasar, dan Presiden seharusnya memahami hal ini,” tegasnya.
BACA JUGA: Impor Minyak Sawit di Azerbaijan Naik 7,4% dalam 10 Bulan Pertama 2024
Satya Bumi mengimbau pemerintah untuk fokus pada pengelolaan lahan sawit yang ada melalui intensifikasi dan teknologi ramah lingkungan, daripada membuka lahan baru yang merusak hutan alam. (T2)