InfoSAWIT, SANUR – Pengelolaan kelapa sawit yang berkelanjutan menjadi perhatian utama dalam menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, kelestarian lingkungan, dan kesejahteraan sosial. Sekretaris Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari Kementerian Kehutanan, M. Saparis Soedarjanto, menekankan pentingnya integrasi antara perkebunan kelapa sawit dengan ekosistem alam, khususnya kawasan hutan konservasi.
Dalam forum Internasional Conference on Oil Palm and Environment (ICOPE) ke-7, Saparis menjelaskan bahwa pertumbuhan populasi Indonesia yang mencapai 1,25% per tahun dalam kurun 2010-2020 telah mendorong peningkatan penggunaan lahan, termasuk untuk perkebunan kelapa sawit. Kondisi ini berkontribusi terhadap deforestasi, hilangnya keanekaragaman hayati, serta pencemaran lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan holistik dalam pengelolaan kelapa sawit yang mampu menjaga keseimbangan ekologi.
“Salah satu kunci keberlanjutan dalam industri kelapa sawit adalah integrasi dengan sistem agroforestri, di mana tanaman kelapa sawit dikombinasikan dengan tanaman produktif lainnya. Selain itu, konservasi keanekaragaman hayati melalui pembentukan koridor satwa liar juga menjadi langkah penting untuk menjaga keseimbangan ekologi,” ujar Saparis dalam acara ICOPE ke 7 yang dihadiri InfoSAWIT, Kamis (13/2/2025).
BACA JUGA: Harga TBS Sawit Sumut Periode 12-18 Februari 2025 Naik Rp 105,27/Kg
Menurutnya, pengelolaan yang bertanggung jawab harus memperhitungkan faktor-faktor seperti jenis tanah, iklim, dan keanekaragaman hayati lokal. Integrasi perkebunan sawit dengan Hutan Bernilai Konservasi Tinggi (HCVF) menjadi salah satu strategi utama untuk menyeimbangkan kebutuhan ekonomi dengan pelestarian lingkungan dan sosial. Hutan konservasi memiliki peran penting dalam menjaga ekosistem, seperti pengaturan sumber daya air, penyimpanan karbon, dan pelestarian budaya masyarakat lokal.
Lebih lanjut, Saparis menekankan bahwa keberlanjutan industri kelapa sawit memerlukan kolaborasi yang erat antara berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat. “Integrasi hutan dengan usaha kelapa sawit bukan hanya menjadi pilihan strategis, tetapi juga kebutuhan mutlak dalam mewujudkan industri yang bertanggung jawab dan berkelanjutan,” tegasnya.
BACA JUGA: CIRAD Asia Tenggara Ungkap Terdapat 4 Tantangan Industri Minyak Nabati Global di ICOPE 2025
Dengan penerapan praktik konservasi yang lebih baik, industri kelapa sawit diharapkan dapat terus memberikan manfaat ekonomi tanpa mengorbankan keberlanjutan lingkungan. Langkah ini juga diharapkan dapat memastikan sumber daya alam tetap terjaga bagi generasi mendatang. (T2)