InfoSAWIT, JATINANGOR – Dalam upaya menjawab tantangan keberlanjutan industri kelapa sawit, Faiz Ijlal Ismawan, mahasiswa Rekayasa Pertanian Institut Teknologi Bandung (ITB) angkatan 2021, menawarkan gagasan inovatif berbasis teknologi. Esainya yang berjudul “PAIRS: Pemanfaatan Teknologi AI dan Remote Sensing Menuju Budidaya Kelapa Sawit yang Efektif dan Berkelanjutan” berhasil mengantarkannya meraih juara 2 dalam Lomba Esai Gadjah Mada Agro Expo (GMAE) 2024.
Lomba ini menjadi wadah bagi mahasiswa dan masyarakat untuk menuangkan ide mereka terkait inovasi dan keberlanjutan di industri kelapa sawit. Dengan tema besar “Unveiling Palm Oil, Indonesia’s Green Gold,” kompetisi ini membahas pentingnya inovasi dalam mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi sektor perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Dalam esainya, Faiz mencatat pentingnya penerapan kecerdasan buatan (AI) dan remote sensing dalam meningkatkan efisiensi serta keberlanjutan industri kelapa sawit. Teknologi ini memungkinkan pemantauan lahan secara real-time, mengidentifikasi perubahan tutupan lahan, serta mendeteksi pembukaan hutan ilegal yang dapat merusak lingkungan.
BACA JUGA: MPOC dan OTAI Perkuat Kolaborasi untuk Meningkatkan Kesadaran Nutrisi Minyak Sawit Malaysia di India
Lebih lanjut, Faiz mengusulkan penggunaan Convolutional Neural Network (CNN) untuk meningkatkan akurasi dalam identifikasi perkebunan kelapa sawit. Teknologi ini mampu membedakan lahan kelapa sawit dari vegetasi lain serta membantu dalam analisis dampak lingkungan akibat ekspansi perkebunan.
Selain itu, ia juga menyoroti pemanfaatan drone atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) yang dilengkapi sensor dan kamera RGB untuk menciptakan representasi digital perkebunan dalam bentuk virtual plantation. Dengan metode ini, kesehatan tanaman dapat dipantau lebih akurat, penyakit dapat dideteksi lebih dini, dan prediksi panen dapat dilakukan dengan lebih tepat.
Pemanfaatan teknologi AI dan remote sensing dalam industri kelapa sawit diyakini dapat memberikan dampak signifikan terhadap keberlanjutan. Dengan analisis data yang lebih presisi, para petani dan perusahaan dapat mengelola lahan secara lebih efisien, mengurangi penggunaan pestisida berlebihan, serta memastikan kepatuhan terhadap standar keberlanjutan seperti yang ditetapkan oleh Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).
BACA JUGA: Solidaridad Dorong Percepatan E-STDB untuk Petani Sawit Swadaya
“Saya melihat bahwa teknologi AI dan remote sensing memiliki potensi besar dalam mengoptimalkan sektor pertanian, khususnya dalam industri kelapa sawit. Dengan teknologi digital yang terus berkembang, kita memiliki peluang besar untuk mendorong transformasi pertanian menuju sistem yang lebih cerdas dan ramah lingkungan,” ujar Faiz dikutip InfoSAWIT dari laman resmi ITB, Kamis (20/3/2025).
Keberhasilan Faiz dalam kompetisi ini tidak hanya menunjukkan kapasitas mahasiswa dalam merancang solusi inovatif, tetapi juga menggambarkan masa depan industri kelapa sawit yang lebih berbasis data dan teknologi. Dengan implementasi yang tepat, pemanfaatan AI dan remote sensing dapat menjadi langkah maju bagi industri sawit dalam meningkatkan produktivitas sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.
Dengan semakin berkembangnya teknologi, solusi seperti yang diusulkan Faiz bisa menjadi kunci dalam menjawab tantangan keberlanjutan yang dihadapi sektor kelapa sawit, menjadikannya lebih efisien, ramah lingkungan, dan berkelanjutan bagi generasi mendatang. (T2)