InfoSAWIT, JAKARTA – Direktur Pemasaran Holding Perkebunan PTPN III (Persero), Dwi Sutoro, menekankan pentingnya intensifikasi sebagai solusi utama untuk meningkatkan produktivitas kebun kelapa sawit di Indonesia. Dengan produktivitas nasional rata-rata hanya 3 ton CPO per hektar, ia menilai potensi peningkatan produksi sangat besar tanpa perlu melakukan ekstensifikasi lahan.
“Saat ini luas lahan sawit nasional mencapai 16 juta hektar, tetapi produksi tahunan hanya sekitar 48-50 juta ton. Artinya, rata-rata produktivitas hanya 3 ton per hektar. Padahal, beberapa kebun terbaik sudah mampu menghasilkan hingga 6 ton per hektar,” ungkap Dwi disela sebuah acara seminar yang digelar Rumah Sawit Indonesia (RSI) di hadiri InfoSAWIT, pada pertengahan November 2024 di Jakarta.
Menurut Dwi, permasalahan rendahnya produktivitas sebagian besar terjadi pada kebun-kebun petani rakyat yang mencakup 42% dari total luas lahan sawit nasional atau sekitar 6 juta hektar. “Jika produktivitas kebun petani bisa ditingkatkan dari rata-rata 2-3 ton menjadi 4 ton per hektar, maka produksi nasional dapat mencapai 80 juta ton per tahun. Jumlah ini cukup untuk mendukung program biodiesel hingga B50,” tegasnya.
BACA JUGA: Satgas PKH Belum Bisa Tagih Denda Perusahaan Sawit di Kawasan Hutan
Untuk meningkatkan produktivitas, PTPN III akan memprioritaskan program peremajaan sawit rakyat (PSR) pada lahan plasma yang bekerja sama dengan petani. “Kami menargetkan replanting 40.000 hektar lahan inti dan plasma pada 2025, melibatkan berbagai pihak, termasuk Kementerian Pertanian, Kementerian BUMN, dan Rumah Sawit Indonesia,” jelas Dwi.
Dwi menambahkan bahwa praktik terbaik peremajaan dilakukan pada 4% dari total luas lahan setiap tahunnya, mengacu pada masa produktivitas sawit yang ideal hingga usia 25 tahun. “Misalnya, jika luas lahan PTPN mencapai 600.000 hektar, maka sekitar 24.000 hektar perlu diremajakan setiap tahun. Namun, kami berkomitmen untuk meningkatkan angka ini menjadi 40.000 hektar per tahun,” ujarnya.
Selain peremajaan lahan plasma yang terafiliasi dengan PTPN, Dwi mendorong perusahaan sawit lain untuk ikut serta. Rumah Sawit Indonesia diharapkan dapat menjadi wadah kolaborasi seluruh pelaku industri sawit untuk mendukung peningkatan produktivitas secara berkelanjutan.
BACA JUGA: Menjawab Tantangan Desa Menuju Kemandirian, BGA Luncurkan Sekolah Desa Berdaya
“Ini adalah tugas bersama. Dengan sinergi seluruh pemangku kepentingan, termasuk RSI dan perusahaan sawit lainnya, kita dapat memastikan sawit Indonesia menjadi lebih kompetitif dan mendukung kebutuhan energi nasional,” pungkasnya. (T2)