InfoSAWIT, KUALA LUMPUR – Stok minyak sawit Malaysia diperkirakan mengalami peningkatan untuk pertama kalinya dalam enam bulan terakhir pada Maret, seiring dengan pemulihan produksi. Namun, permintaan global tetap lesu di tengah kekhawatiran ekonomi yang diperburuk oleh pengumuman tarif oleh Presiden AS, Donald Trump.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Reuters terhadap sembilan pedagang, pekebun, dan analis, stok minyak sawit Malaysia diperkirakan meningkat sebesar 3% dari Februari menjadi 1,56 juta metrik ton. Peningkatan ini sebagian besar didorong oleh lonjakan produksi minyak sawit mentah (CPO), yang diprediksi naik 10,3% dari bulan sebelumnya menjadi 1,31 juta ton setelah mengalami penurunan selama enam bulan berturut-turut.
Anilkumar Bagani, Kepala Riset Komoditas di Sunvin Group, sebuah perusahaan pialang minyak nabati yang berbasis di Mumbai, menyatakan bahwa kenaikan produksi yang cukup signifikan berkontribusi pada peningkatan stok nasional. “Stok minyak sawit Malaysia kemungkinan mengalami sedikit rebound pada Maret akibat pemulihan produksi yang cukup besar,” ujarnya dilansir Reuters, Jumat (4/4/2025).
BACA JUGA: Genjot Produksi Sawit, PTPN Holding Targetkan Replanting Seluas 40 Ribu Ha di 2025
Sementara itu, ekspor produk minyak sawit diperkirakan naik 2% menjadi 1,02 juta ton setelah mengalami penurunan selama empat bulan berturut-turut. Namun, pertumbuhan ekspor ini masih tergolong minimal karena permintaan yang lemah dari negara pembeli utama seperti India, China, dan Uni Eropa.
Bagani juga mengungkapkan dampak negatif dari kebijakan tarif yang diumumkan Presiden Trump pada pekan lalu, yang semakin memperburuk kondisi ekonomi global. “Jika kondisi makroekonomi tidak segera membaik, permintaan minyak sawit dapat semakin tertekan,” tambahnya.
BACA JUGA: Pentingnya Sinkronisasi Regulasi untuk Tata Kelola Perkebunan Sawit
Data resmi dari Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB) mengenai stok, produksi, dan ekspor minyak sawit akan dirilis pada 10 April mendatang. (T2)