InfoSAWIT, KUALA LUMPUR – Produksi minyak sawit global diperkirakan berada pada level terendah dalam beberapa tahun terakhir, menurut Eashani Chavda, Senior Editor Manager ICIS, dalam presentasinya di 36th Palm Oil Conference (POC) di Kuala Lumpur, Rabu (26/2/2025). Kondisi ini berdampak langsung pada pasokan bahan baku industri oleokimia, terutama fatty alcohols yang mengalami peningkatan permintaan global.
Sejalan dengan tantangan pasokan bahan baku, Asia menjadi pusat ekspansi kapasitas produksi fatty alcohols. Tercatat lima perusahaan oleokimia tengah bersiap mengoperasikan pabrik baru pada kuartal pertama hingga pertengahan 2025.
Di antaranya, Wilmar lantas Permata Hijau, Unilever, Apical, serta Sinar Mas Cepsa dengan kapasitas 160 ribu ton per tahun.
BACA JUGA: Kredit Pertanian di Kaltim Tumbuh Tinggi di Akhir 2024, Kelapa Sawit Jadi Penopang
Pasokan Terbatas Mendongrak Harga Alkohol Lemak di Eropa
Terbatasnya pasokan bahan baku juga berdampak pada distribusi alkohol lemak industri di Eropa sepanjang 2024. Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, terjadi penurunan volume impor dari Indonesia, sementara impor dari Amerika Serikat dan Malaysia meningkat secara signifikan.
Impor palm oleic ke Uni Eropa antara Januari hingga November 2024 tercatat naik sekitar 30% dibandingkan periode yang sama pada 2023, meskipun ada penurunan besar dalam volume dari Indonesia. Sebaliknya, pasokan dari Malaysia meningkat hingga 51%. Sementara itu, hampir 92% impor asam stearat berbasis sawit Uni Eropa dalam periode yang sama berasal dari Malaysia.
BACA JUGA: Harga Kedelai Chicago Menguat di Tengah Ketegangan Perdagangan AS-China
Permintaan global terhadap fatty acids dan fatty alcohols masih didominasi oleh industri kebersihan dan perawatan pribadi. Sekitar 48% dari total permintaan fatty acids digunakan dalam produk pembersih, perawatan pribadi seperti deterjen dan pembersih rumah tangga, serta industri plastik dan bahan antara lainnya. (T2)
Untuk lebih lengkap bisa baca Majalah InfoSAWIT Edisi April 2025