InfoSAWIT, KUALA LUMPUR — Harga kontrak berjangka minyak sawit mentah (CPO) Malaysia dibuka melemah pada Rabu (9/4), menghapus kenaikan sesi sebelumnya. Penurunan ini dipicu oleh pelemahan harga minyak nabati saingan di bursa Dalian dan Chicago, serta kekhawatiran pasar terhadap resesi global yang semakin menguat.
Dilansir Reuters, harga kontrak acuan CPO untuk pengiriman Juni 2025 di Bursa Derivatif Malaysia (BMD) turun 45 ringgit, atau 1,07 persen, menjadi RM4.143 per metrik ton (sekitar US$920,67) pada awal perdagangan.
Sementara itu, kontrak minyak kedelai paling aktif di Bursa Dalian melemah 1,1 persen, dan kontrak minyak sawit di bursa yang sama turun 1,55 persen. Di Chicago Board of Trade (CBOT), harga minyak kedelai juga terkoreksi 0,89 persen. Pergerakan harga CPO cenderung mengikuti arah harga minyak nabati lainnya karena bersaing dalam pasar global minyak nabati.
BACA JUGA: 5 Perusahan Sawit Berlomba Bangun Pabrik Oleokimia
Di sisi lain, Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa pemerintah tengah mempertimbangkan penyesuaian tarif ekspor CPO guna meredam dampak tarif impor tinggi dari Amerika Serikat terhadap eksportir dalam negeri. Langkah ini menjadi upaya mitigasi atas ketegangan dagang yang terus meningkat antara AS dan Tiongkok, dua kekuatan ekonomi terbesar dunia.
Ketegangan dagang tersebut turut menekan harga minyak mentah dunia yang sempat anjlok ke level terendah dalam lebih dari empat tahun. Anjloknya harga minyak mentah ini berdampak negatif pada daya tarik CPO sebagai bahan baku biodiesel, mengingat biaya produksinya menjadi relatif lebih tinggi dibanding bahan bakar fosil.
Sementara itu, nilai tukar ringgit Malaysia—mata uang perdagangan utama CPO—juga melemah 0,25 persen terhadap dolar AS. Kondisi ini membuat harga CPO lebih murah bagi pembeli luar negeri, namun tetap belum mampu menopang harga akibat tekanan global yang besar. (T2)