InfoSAWIT, JAKARTA — Awal tahun 2025 menjadi momentum cerah bagi PT Teladan Prima Agro Tbk (TLDN). Perusahaan sawit ini mencatatkan lonjakan laba bersih signifikan pada kuartal I/2025, mencapai Rp218,92 miliar, atau tumbuh lebih dari tiga kali lipat (211,6 persen) dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya sebesar Rp70,25 miliar.
Peningkatan kinerja ini ditopang oleh kombinasi dua kekuatan utama: harga jual yang lebih tinggi dan strategi hilirisasi yang mulai membuahkan hasil. Harga jual rata-rata crude palm oil (CPO) naik 31,4% secara tahunan menjadi Rp14.365 per kilogram, sementara harga palm kernel (PK) melonjak drastis sebesar 120,9% menjadi Rp10.488 per kilogram.
Tak hanya harga, volume penjualan CPO juga tumbuh 6,36% menjadi 78.121 ton. Meskipun penjualan PK turun 20,8% menjadi 9.238 ton, hal ini tak berdampak negatif berkat harga jual yang melesat. Bahkan, sebagian produksi PK kini dialihkan ke sektor hilirisasi untuk menghasilkan crude palm kernel oil (CPKO), sebuah langkah strategis yang mulai menunjukkan hasil konkret.
BACA JUGA: Harga Referensi CPO Mei 2025 Melandai, Berikut Penetapan BK dan PE CPO nya
“Produksi CPKO adalah bagian dari ekspansi hilirisasi kami sejak tahun lalu. Ini memperluas portofolio produk sekaligus memperkuat daya saing jangka panjang perusahaan,” ujar Direktur Utama TLDN, Wishnu Wardhana dalam keterangan resmi diterima InfoSAWIT, Jumat (2/5/2025).
Pada kuartal I/2025, TLDN memproduksi 2.510 ton CPKO dengan harga jual rata-rata Rp23.161 per kilogram. Dari sini, perusahaan meraup pendapatan Rp58,14 miliar. Secara keseluruhan, pendapatan TLDN sepanjang Januari-Maret 2025 mencapai Rp1,28 triliun, tumbuh 49,1% secara tahunan. Kontribusinya berasal dari penjualan CPO sebesar Rp1,12 triliun, PK sebesar Rp96,89 miliar, dan penjualan lainnya sebesar Rp3,38 miliar.
Namun, di balik pertumbuhan tersebut, ada tantangan di sisi hulu. Produksi tandan buah segar (TBS) yang diolah di pabrik TLDN tercatat 327.157 ton, turun 4,6% dibandingkan tahun sebelumnya. Volume produksi CPO dan PK pun turun masing-masing 10,1% dan 6,2%. Penyebabnya adalah proses optimalisasi pasokan dari kebun plasma dan mitra pihak ketiga yang masih berlangsung.
BACA JUGA: Produksi Sawit Indonesia Menurun, Konsumsi Dalam Negeri Justru Meningkat
Meski demikian, produksi CPKO tercatat 2.552 ton dengan tingkat ekstraksi 39,63%, menunjukkan peningkatan performa teknis. Wishnu menyampaikan bahwa secara keseluruhan operasional perusahaan tetap solid, berkat penerapan praktik agronomi yang konsisten, peningkatan infrastruktur, dan efisiensi berbasis teknologi.
“Langkah-langkah ini membentuk fondasi kuat untuk keberlanjutan bisnis kami, meski kondisi pasar dan cuaca terus berubah,” tutup Wishnu. (T2)