InfoSAWIT, YOGYAKARTA — Suasana berbeda terasa pada pelatihan di LPP Agro, saat lebih dari 200 peserta program on boarding calon pimpinan muda berkumpul, yang dibungkus dalam acara Planters Learning & Assignmnet Program (PLANT). Mereka bukan hanya menjalani orientasi sebagai formalitas, tetapi juga mendengar pesan penting yang bisa menjadi kompas dalam karier mereka di lingkungan perkebunan milik negara.
Dwi Sutoro, Direktur Pemasaran PTPN III, berdiri di hadapan para peserta dengan satu pesan kunci yang sederhana namun menggugah, “Kita bekerja bukan untuk SOP atau prosedur, tapi SOP disiapkan untuk membantu kita dalam menjalankan pekerjaan,” katanya dikutip InfoSAWIT dari laman resmi Linkedin-nya, Jumat (2/5/2025).
Kalimat itu disambut antusias oleh peserta, menandakan semangat baru yang ingin dibangun manajemen PTPN—yakni budaya kerja adaptif, bukan birokratis. Menurut Dwi, Standard Operating Procedure (SOP) bukanlah dokumen sakral yang membatasi gerak, melainkan alat bantu yang harus hidup dan mengikuti irama perubahan bisnis.
BACA JUGA: Genjot Produksi Sawit, PTPN Holding Targetkan Replanting Seluas 40 Ribu Ha di 2025
“Dunia perkebunan tidak bisa lagi berjalan dengan pendekatan konvensional dan terlalu administratif. Inovasi, efisiensi, dan fleksibilitas adalah kunci jika kita ingin bersaing, terutama dalam pasar komoditas global yang terus berubah,” ujarnya.
Transformasi budaya kerja ini sejalan dengan misi besar PTPN Holding yang tengah mengonsolidasikan seluruh anak usaha di sektor tebu, kelapa sawit, hingga teh dan kopi, menjadi entitas modern, efisien, dan berkelanjutan. Para peserta program on boarding ini diproyeksikan menjadi garda depan dari perubahan tersebut.
“SOP tidak boleh jadi alasan untuk stagnasi. Justru mereka harus menjadi fondasi yang dinamis—bisa disesuaikan dengan kebutuhan lapangan, bukan malah menghambat solusi,” jelas Dwi.
BACA JUGA: PTPN IV PalmCo Tanam Jagung 3000 ha di Lahan Replanting Sawit untuk Dukung Ketahanan Pangan
Pernyataan tersebut menjadi sinyal bahwa PTPN tidak hanya berbenah dari sisi fisik atau manajemen bisnis, tetapi juga dari cara berpikir sumber daya manusianya. Pelatihan bagi calon pimpinan muda ini diharapkan mampu membentuk pola pikir baru: bahwa bekerja di BUMN bukan sekadar mengisi struktur organisasi, melainkan menjadi bagian dari mesin perubahan yang membawa manfaat bagi negara dan rakyat.
Dengan lebih dari 200 peserta yang disiapkan untuk menempati posisi strategis di masa depan, PTPN Group menunjukkan bahwa regenerasi kepemimpinan tak bisa hanya mengandalkan kompetensi teknis. Diperlukan pula cara pandang yang segar, adaptif, dan berorientasi pada hasil.
“Jika SOP adalah jalan, maka tujuan kita adalah perubahan dan kemajuan,” tutup Dwi. (T2)