Menyambut Kehadiran Manajer Kontemporer untuk Keberlanjutan Sawit Indonesia

oleh -4522 Dilihat
Editor: Redaksi InfoSAWIT
InfoSAWIT
Dok. InfoSAWIT/ Haskarlianus Pasang, Co-Chairman ICOPE 2025 dan Head of Operations Sustainability, PT SMART Tbk (GAR).

InfoSAWIT, JAKARTA – Sawit telah lama menjadi komoditas strategis bernilai tinggi, digunakan untuk pangan, produk non-pangan, hingga energi seperti biofuel dan bahan bakar penerbangan. Namun, isu keberlanjutan terus membayangi industri ini: deforestasi, perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, hingga hak asasi manusia. Yang kerap luput dari perhatian adalah fakta bahwa semua tantangan ini berpijak di pundak para manajer kebun dan pabrik kelapa sawit. Mereka berada di garis depan—tak hanya sebagai penggerak produksi, tetapi juga sebagai penjaga komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan dan sosial.

Dalam International Conference on Palm Oil and the Environment (ICOPE) di Bali, 12–14 Februari 2025, yang digagas oleh Sinarmas Agribusiness and Food, WWF Indonesia, dan CIRAD (Prancis), Alain Rival menyampaikan presentasi menarik berjudul “Creating New Opportunities for Plantation Managers”. Rival menegaskan bahwa manajer kebun masa kini tidak cukup hanya dibekali ilmu agronomi dan teknik. Mereka dituntut mampu mengantisipasi perubahan iklim, memastikan produk dapat dilacak secara transparan, melindungi keanekaragaman hayati, serta menjalin hubungan baik dengan masyarakat dan LSM. Dalam pandangan Rival, “manajer keberlanjutan” adalah wajah baru dari manajer perkebunan kontemporer.

Upaya menyiapkan SDM seperti ini telah dilakukan melalui Program TALENT, yang memperbarui modul pelatihan manajer dengan mengaitkannya pada agenda lingkungan global, model agroekologi adaptif, dan pendekatan baru dalam perdagangan komoditas. Tak kalah penting adalah membekali mereka dengan kemampuan komunikasi sosial, pengelolaan program CSR, dan dialog dengan masyarakat sipil.

BACA JUGA: Harga CPO KPBN Inacom Melorot Pada Senin (5/5), Harga Minyak Sawit di Bursa Malaysia Lesu

Pandangan serupa diungkap dalam penelitian Timothy & Sudardi (2022), yang menyebut bahwa model kepemimpinan tradisional di perkebunan sawit Indonesia sudah usang. Mereka mengusulkan paradigma baru yang dimulai dari perubahan cara berpikir, peningkatan kemampuan teknis, dan perilaku kerja yang berorientasi pada keteladanan, penghormatan budaya lokal, dan keterlibatan penuh dalam proses organisasi.

Model kepemimpinan feodal yang mengandalkan perintah satu arah harus ditinggalkan. Manajer kontemporer harus menjadi teladan, bukan penguasa. Dalam buku “Sustainability Leadership” (2025) karya Ari Tjahjanto dkk., ditegaskan bahwa pemimpin dengan sustainability mindset mampu meningkatkan produktivitas karyawan secara signifikan. Kuncinya adalah mengintegrasikan keberlanjutan ke dalam strategi bisnis melalui kombinasi teknologi, kebijakan, dan pengembangan SDM.

Sayangnya, banyak yang masih meyakini bahwa sertifikasi seperti ISPO, RSPO, atau ISCC adalah jawaban dari semua tantangan. Padahal, sertifikasi saja tidak cukup. Sertifikasi tidak serta-merta menjamin akses pasar jika tidak dibarengi dengan transformasi nyata dalam operasional perkebunan dan pabrik.

BACA JUGA: Keberadaan Minyak Goreng Kita Jadi Parameter Suplai CPO Nasional?

Di sinilah peran manajer kontemporer menjadi sangat krusial. Mereka harus memiliki literasi teknologi, kemampuan komunikasi sosial, kepemimpinan yang seimbang antara orientasi tugas dan manusia, serta keterhubungan erat dengan komunitas di sekitarnya. Menyiapkan manajer semacam ini tentu tidak mudah. Butuh waktu, sumber daya, dan investasi. Terlebih, tantangan generasi juga muncul: mayoritas posisi pimpinan masih dikuasai generasi baby boomer, sementara talenta muda membawa pola pikir yang berbeda.

Namun, kita tidak memulai dari nol. Program TALENT telah membuka jalan. Beberapa manajer yang saya kenal telah menunjukkan karakter sebagai manajer kontemporer. Tugas selanjutnya adalah memperluas inisiatif ini melalui kolaborasi antara divisi SDM, tim keberlanjutan, agronomi, universitas, LSM, dan pemerintah. Jika ini dilakukan dengan konsisten, Indonesia akan memiliki barisan manajer kebun dan pabrik sawit yang mampu membawa industri sawit nasional menuju panggung global yang berkelanjutan. (*)

Penulis: Haskarlianus Pasang, Co-Chairman ICOPE 2025 dan Head of Operations Sustainability, PT SMART Tbk (GAR)

Disclaimer: Artikel merupakan pendapat pribadi, dan sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis serta tidak ada kaitannya dengan InfoSAWIT.

InfoSAWIT

Dapatkan update berita seputar harga TBS, CPO, biodiesel dan industri kelapa sawit setiap hari dengan bergabung di Grup Telegram "InfoSAWIT - News Update", caranya klik link InfoSAWIT-News Update, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Bisa juga IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS.


Atau ikuti saluran Whatsapp "InfoSAWIT News", caranya klik link InfoSAWIT News dan Group Whatsapp di InfoSAWIT News Update

Untuk informasi langganan dan Iklan silahkan WhatsApp ke Marketing InfoSAWIT_01 dan Marketing InfoSAWIT_02 atau email ke sawit.magazine@gmail.com