InfoSAWIT, NEW DELHI — India kembali mencatat lonjakan signifikan dalam impor minyak sawit. Sepanjang Juni 2025, volume impor minyak sawit negara tersebut mencapai 953.000 metrik ton, melonjak 61% dibanding bulan sebelumnya dan menjadi level tertinggi dalam 11 bulan terakhir. Kenaikan ini dipicu oleh stok domestik yang menipis serta selisih harga yang menguntungkan dibandingkan minyak nabati lain seperti minyak kedelai dan minyak bunga matahari.
Menurut lima pelaku pasar, lonjakan permintaan ini memberikan sinyal positif bagi produsen utama minyak sawit dunia seperti Indonesia dan Malaysia, yang tengah berupaya menekan kelebihan stok. Peningkatan permintaan dari India diperkirakan akan memperkuat harga minyak sawit global, termasuk kontrak acuan di Bursa Malaysia.
“Minyak sawit kembali merebut pangsa pasar yang sempat hilang. Saat ini, harganya hampir US$100 lebih murah per ton dibandingkan minyak saingannya,” ungkap Sandeep Bajoria, CEO Sunvin Group, perusahaan pialang minyak nabati di India, dikutip InfoSAWIT dari India Times, Rabu (6/8/2025).
BACA JUGA: Harga Gandum Chicago Merosot ke Titik Terendah Sejak Mei, Dekati Level Terendah Lima Tahun
Data dari Solvent Extractors’ Association of India (SEA) menyebutkan bahwa selama tujuh bulan pertama tahun pemasaran yang berakhir Oktober 2025, India rata-rata mengimpor sekitar 475.699 ton minyak sawit per bulan. Angka ini masih lebih rendah dibandingkan rata-rata 750.000 ton per bulan pada tahun pemasaran sebelumnya.
Meski demikian, tren kenaikan bulan Juni menjadi indikasi bahwa permintaan kembali menguat, seiring dengan membaiknya margin bagi para pelaku penyulingan di India.
Sementara itu, impor minyak kedelai tercatat turun 9% dari bulan sebelumnya menjadi 363.000 ton, sedangkan impor minyak bunga matahari naik 18% menjadi 216.000 ton, menurut estimasi para pedagang.
BACA JUGA: Stok Minyak Sawit Malaysia Diprediksi Tertinggi dalam Dua Tahun Terakhir pada Juli 2025
Secara keseluruhan, impor minyak nabati India pada Juni 2025 meningkat 30% dibanding Mei, dengan total mencapai 1,53 juta ton—angka tertinggi sejak November tahun lalu.
Menurut Rajesh Patel, Managing Partner GGN Research, tren ini kemungkinan akan berlanjut dalam beberapa bulan mendatang. “Harga minyak sawit masih kompetitif, sementara produksi di negara produsen utama juga mulai meningkat. Ini mendorong banyak pembeli untuk mengamankan pasokan lebih awal,” jelasnya.
