InfoSAWIT, SABAH — Upaya Malaysia menjadi pionir dalam praktik sawit berkelanjutan kembali mendapat sorotan dunia. Melalui ajang RT25 Sustainability in Action Palm Oil Tour yang berlangsung pada 6–8 November 2025 di Sandakan, Sabah, Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) mengajak para peserta dari berbagai negara menelusuri langsung perjalanan panjang transformasi keberlanjutan di sektor sawit Negeri Sabah.
Kegiatan ini bukan sekadar tur, tetapi juga kesempatan langka untuk menyaksikan bagaimana komitmen pemerintah daerah, perusahaan besar, dan petani kecil berpadu menjaga keseimbangan antara produksi dan pelestarian alam. Sejak 2015, Pemerintah Negara Bagian Sabah telah menargetkan 100% produksi sawit bersertifikat RSPO pada tahun 2025, menjadikannya model jurisdictional approach atau pendekatan yurisdiksi berkelanjutan pertama di dunia.
‘Sabah menunjukkan bagaimana kolaborasi multi-pihak dapat mengubah lanskap industri sawit menjadi lebih hijau dan inklusif. Ini bukan hanya komitmen, tapi aksi nyata menuju masa depan berkelanjutan,” ujar perwakilan RSPO dalam keterangan resminya, diterima InfoSAWIT, Minggu, (2/11/2025).
Dalam rangkaian tur tersebut, peserta akan mengunjungi perkebunan dan pabrik milik Kretam Holdings Berhad (KHB), Kawasan Konservasi Sawit Kinabalu di Sungai Pin, serta kelompok petani kecil KO-SALESA yang telah mendapatkan sertifikasi RSPO. Setiap lokasi menampilkan kisah berbeda tentang bagaimana prinsip keberlanjutan dijalankan di lapangan.
Kretam Holdings: Inovasi Hijau dari Hulu hingga Hilir
Sebagai salah satu pemain utama industri sawit Malaysia, Kretam Holdings Sdn Bhd berkomitmen menerapkan praktik terbaik industri dengan mengacu pada standar RSPO, ISCC, dan MSPO. Perusahaan ini melindungi kawasan bernilai konservasi tinggi (HCV), menerapkan kebijakan tanpa bakar, serta menjaga habitat spesies langka dan lahan gambut.
“Kami percaya bahwa keberlanjutan adalah investasi jangka panjang. Dengan menerapkan praktik terbaik dan inovasi ramah lingkungan, kami ingin memastikan industri ini tetap lestari bagi generasi mendatang,” ungkap juru bicara Kretam Holdings.
Selain itu, KHB aktif mengembangkan inovasi ramah lingkungan melalui efisiensi energi, pengelolaan limbah, dan konservasi air. Dengan menerapkan Good Agricultural Practices (GAP) dan Good Manufacturing Practices (GMP), perusahaan berupaya meminimalkan dampak lingkungan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Sawit Kinabalu: Dari Perkebunan Jadi Kawasan Konservasi
Kawasan Sungai Pin Conservation Area yang dikelola Sawit Kinabalu Group menjadi contoh nyata perubahan paradigma dalam industri sawit. Terletak di ekosistem sensitif Lower Kinabatangan di Sabah Timur, kawasan seluas 2.500 hektare ini awalnya merupakan areal perkebunan. Namun, setelah menghadapi banjir besar dan ancaman perambahan, perusahaan memutuskan untuk mengonservasi dan mereforestasi wilayah tersebut.
“Kami belajar dari pengalaman bahwa menjaga alam adalah bagian dari menjaga keberlanjutan bisnis. Sungai Pin bukan hanya kawasan konservasi, tapi juga warisan ekologis bagi Sabah,” catat pihak Sawit Kinabalu Group.
Sejak menjalin kerja sama dengan Departemen Kehutanan Sabah pada 2017, Sawit Kinabalu menjadikan Sungai Pin sebagai simbol keberhasilan menjaga stok karbon dan mendukung inisiatif REDD+ (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation). Langkah ini memperkuat komitmen perusahaan terhadap tiga pilar keberlanjutan: Planet, People, and Prosperity.
KO-SALESA: Petani Kecil di Garda Depan Keberlanjutan
Tur RSPO juga akan menyoroti kisah inspiratif dari KO-SALESA (Koperasi Sawit Lestari Sabah), yang difasilitasi oleh WWF-Malaysia melalui program Sustainable Palm Oil Team (SPOT). Koperasi ini menaungi 37 petani kecil, ditambah 50 petani dari Koperasi Lestari Penanam Sawit Sabah Berhad (KLASS), dengan total area sekitar 1.300 hektare di kawasan Tabin dan Sandakan.
“Kami ingin menunjukkan bahwa petani kecil juga mampu menghasilkan sawit yang berkelanjutan. Dengan bimbingan RSPO dan WWF, kami belajar menjaga sungai, tanah, dan hutan sambil tetap produktif,” tutur Nur Aina, salah satu anggota perempuan KO-SALESA.
Dari total area, 204,63 hektare kini dikelola secara berkelanjutan oleh 31 petani, di mana sekitar 75% adalah perempuan yang berperan aktif meningkatkan produktivitas, menjaga lingkungan, dan memperkuat kesejahteraan komunitas mereka.
Dengan agenda padat dan lokasi yang mencerminkan keberagaman praktik di lapangan, RT25 Sustainability in Action Palm Oil Tour menjadi bukti nyata bahwa keberlanjutan bukan hanya wacana. Sabah kini tampil sebagai laboratorium hidup bagi dunia, menunjukkan bahwa produksi sawit dapat berjalan seiring dengan perlindungan alam dan kesejahteraan masyarakat. (T1)




















