InfoSAWIT, KUALA LUMPUR — Chief Executive Officer Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), Joseph D’Cruz, menegaskan pentingnya transformasi dan kolaborasi global dalam memperkuat keberlanjutan industri kelapa sawit. Dalam pidato kunci pada RSPO Annual Roundtable Conference on Sustainable Palm Oil (RT2025) di Kuala Lumpur, Senin (3/11/2025), Joseph menyebut bahwa RSPO kini berada pada momen penting dalam sejarahnya — saat dunia menuntut bukti konkret dari praktik keberlanjutan.
“RSPO adalah platform unik. Kami mempertemukan komunitas pedesaan terkecil dengan korporasi multinasional terbesar. Kami menghubungkan LSM, lembaga keuangan, hingga pemerintah dengan realitas keberlanjutan di lapangan,” ujarnya saat memberikan pidato kunci, pada RT2025 dihadiri InfoSAWIT di Kuala Lumpur.
Saat ini, RSPO memiliki lebih dari 6.200 anggota dari 105 negara dan wilayah di seluruh dunia. Pertumbuhan signifikan juga terlihat di kawasan seperti Tiongkok, Afrika, dan Timur Tengah. “Di Tiongkok, tahun ini RSPO merayakan ulang tahun ke-10, dengan lebih dari 400 anggota aktif dan permintaan terhadap produk bersertifikat RSPO yang terus meningkat setiap tahun,” tutur Joseph.
Pertumbuhan Global dan Kolaborasi Pemerintah
Joseph menyoroti bahwa semakin banyak pemerintah mulai mengakui nilai dari sistem RSPO. Di Nigeria, dua provinsi baru — Cross River dan Ondo — telah meluncurkan inisiatif sertifikasi yurisdiksional dengan dukungan FAO, bergabung dengan Edo State yang lebih dulu mengadopsinya. “Kategori Jurisdictional Membership yang kami perkenalkan tahun lalu kini semakin diminati oleh pemerintah di berbagai negara,” ujarnya.
Bagi Joseph, bertambahnya anggota dan meningkatnya volume produksi berkelanjutan memang layak dirayakan, namun yang paling penting adalah dampak nyata di lapangan. “Yang paling berarti adalah bagaimana sistem RSPO benar-benar mendukung perubahan positif bagi masyarakat dan lingkungan,” tegasnya.
Menghadapi Tantangan dan Menyongsong Transformasi
Ia mengakui, industri sawit tengah menghadapi periode paling kompleks dalam sejarahnya — mulai dari perubahan aturan perdagangan, gangguan pasar, hingga regulasi baru dan resistensi terhadap agenda keberlanjutan di sejumlah negara.
BACA JUGA: RSPO Pertimbangkan Skema Pembayaran Karbon untuk Petani Sawit
“Menghadapi kondisi ini, RSPO harus berevolusi agar tetap relevan dan mampu memberikan solusi nyata bagi para anggotanya. Evolusi berarti menghargai keberhasilan yang sudah ada, belajar dari kekurangan, dan berani mencari cara baru,” ucap Joseph.
Tema RT2025 — Data, Digitalisation and Diligence — disebutnya sangat relevan dengan arah masa depan RSPO. “Kita harus menunjukkan nilai keberlanjutan bukan hanya lewat sertifikat, tetapi melalui bukti nyata: komunitas yang tangguh, hutan yang terlindungi, dan petani yang berdaya,” katanya.
Digitalisasi: Pilar Baru Keberlanjutan
Joseph mengumumkan peluncuran sistem digital prisma, tonggak utama transformasi digital RSPO yang dikembangkan bersama anggota. Sistem ini menggantikan PalmTrace dan kini menjadi pusat seluruh proses sertifikasi, perdagangan, dan ketertelusuran.
BACA JUGA: Henky Satrio Wibowo Resmi Jadi Direktur Sustainability SSMS, Ini Kiprahnya
“Prisma memungkinkan akses data secara real-time, mendukung audit regulasi, analisis risiko, dan memberikan bukti keberlanjutan di tingkat produk bagi merek yang berorientasi masa depan,” jelasnya.




















