RSPO Pertimbangkan Skema Pembayaran Karbon untuk Petani Sawit

oleh -1755 Dilihat
Editor: Redaksi InfoSAWIT
InfoSAWIT
Dok. Istimewa/Petani sawit swadaya berpeluang dapatkan karbon trading.

InfoSAWIT, KUALA LUMPUR — Upaya meningkatkan kesejahteraan petani sawit kecil kembali mendapat perhatian dalam forum Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) 2025. Organisasi global itu membuka peluang untuk mengembangkan mekanisme pembayaran penyerapan karbon (carbon-sequestration payment) yang memungkinkan petani memperoleh pendapatan tambahan dari praktik budidaya berkelanjutan.

Langkah ini, menurut Head of Smallholders Unit RSPO, Guntur Prabowo, merupakan terobosan yang menjanjikan di tengah meningkatnya fokus dunia terhadap ekonomi hijau dan perdagangan karbon. “Kami ingin mengeksplorasi hal itu lebih jauh,” ujar Guntur di sela Annual Roundtable Conference on Sustainable Palm Oil (RT2025) di Kuala Lumpur, Senin (3/11/2025).

Guntur menjelaskan, mekanisme tersebut akan memberi imbalan kepada petani yang berhasil menyerap dan menyimpan karbon dioksida melalui praktik ramah iklim seperti pembukaan lahan tanpa bakar, perbaikan kualitas tanah, pelestarian hutan, dan replanting pohon sawit. Jumlah karbon yang terserap akan diukur dan diverifikasi, lalu dikonversi menjadi satu kredit karbon untuk setiap ton CO₂ ekuivalen yang dapat dijual di pasar karbon global.

BACA JUGA: Henky Satrio Wibowo Resmi Jadi Direktur Sustainability SSMS, Ini Kiprahnya

“Ini bukan perjalanan yang mudah. Masih banyak kompleksitas terkait bagaimana skema imbalan dan pasar karbon itu sendiri bekerja,” tambah Guntur dilansir InfoSAWIT dari The Edge Market, Selasa (4/11/2025). Ia menyebut, nota kesepahaman (MoU) yang akan ditandatangani pada Selasa (4/11/2025) akan menjelaskan lebih rinci mengenai inisiatif tersebut.

Dalam agenda tersebut, RSPO akan menandatangani MoU dengan Asia School of Business (ASB) melalui Centre for Sustainable Small-owners (CSS), serta National Association of Smallholders (NASH). Kerja sama ini bertujuan memperkuat ketahanan petani kecil melalui pelatihan, kesiapan digital, dan akses pembiayaan berkelanjutan.

“Kami mendukung segala bentuk inisiatif yang dapat memberi nilai tambah bagi petani yang menerapkan praktik berkelanjutan. Baik itu melalui kredit karbon, peningkatan produktivitas, maupun kemitraan yang lebih kuat,” tegas Guntur.

BACA JUGA: Ekspor Indonesia Naik 8,14 Persen hingga September 2025, Minyak Nabati Jadi Penopang Utama

Sementara itu, organisasi masyarakat sipil internasional Solidaridad juga menyoroti potensi ekonomi dari mekanisme serupa. Dalam laporan Palm Oil Barometer 2025 bertajuk Procurement for Prosperity, Solidaridad menilai bahwa memberi insentif bagi petani sawit atas penyerapan karbon dapat menjadi sumber pendapatan alternatif sekaligus memperkuat kontribusi mereka terhadap mitigasi perubahan iklim.

Pendekatan ini, menurut laporan tersebut, memungkinkan petani kecil untuk berpartisipasi dalam pasar karbon internasional dengan menjual unit penghilangan karbon yang telah diverifikasi—model yang sebelumnya telah diuji di sektor kopi dan kakao.

Solidaridad, yang selama ini dikenal sebagai lembaga advokasi rantai pasok berkelanjutan dan inklusif, terus mendukung petani sawit untuk beralih pada praktik pertanian yang tangguh terhadap iklim. Dengan dukungan berbagai pihak, RSPO berharap inisiatif ini dapat menjadi babak baru bagi pemberdayaan petani sawit di tengah transisi menuju ekonomi rendah karbon. (T2)

InfoSAWIT

Dapatkan update berita seputar harga TBS, CPO, biodiesel dan industri kelapa sawit setiap hari dengan bergabung di Grup Telegram "InfoSAWIT - News Update", caranya klik link InfoSAWIT-News Update, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Bisa juga IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS.


Atau ikuti saluran Whatsapp "InfoSAWIT News", caranya klik link InfoSAWIT News dan Group Whatsapp di InfoSAWIT News Update

Untuk informasi langganan dan Iklan silahkan WhatsApp ke Marketing InfoSAWIT_01 dan Marketing InfoSAWIT_02 atau email ke sawit.magazine@gmail.com