4 Terobosan Kebijakan untuk Minyak Sawit Indonesia Kembali Berjaya

oleh -4912 Dilihat
Editor: Redaksi InfoSAWIT
InfoSAWIT
Dok. Sawit Fest 2021/foto: Bernadus Ritchard/Ilustrasi perkebunan sawit.

InfoSAWIT, JAKARTA – Prabowo Subianto, calon presiden yang diproyeksikan memenangkan pemilihan presiden pada 14 Februari, telah menjabarkan rencana pengembangan energi terbarukannya yang mencakup kewajiban penggunaan bahan bakar nabati yang lebih tinggi dalam campuran solar menjadi 50 persen bahan bakar biodiesel atau B50, dari yang saat ini hanya 35 persen, serta memperkenalkan bahan bakar bioetanol 10 persen atau E10 pada tahun 2029.

Target energi terbarukan ini tampaknya realistis karena Indonesia adalah produsen minyak sawit terbesar di dunia dengan produksi tahunan lebih dari 50 juta ton dan terus memperluas perkebunan kelapa sawitnya. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan sendiri telah sering menyatakan keyakinannya bahwa Indonesia akan dapat memproduksi 100 juta ton per tahun secara berkelanjutan pada tahun 2045.


Indonesia telah menerapkan program mandatori penggunaan biodiesel berbasis CPO sejak tahun 2008 dan telah memasarkan B35, yaitu campuran 35 persen biodiesel yang bersumber dari minyak kelapa sawit dan bahan bakar fosil.

BACA JUGA: Airlangga Hartarto: Pemerintah Usulkan Dana Peremajaan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 juta per Ha

Namun, sejauh menyangkut minyak kelapa sawit, yang saat ini merupakan sumber bahan bakar nabati terbesar di Indonesia, prospeknya tidak begitu menggembirakan. Produksi minyak sawit mentah (CPO) telah menurun selama empat tahun terakhir ini, meskipun Indonesia memiliki lebih dari 16,8 juta hektar perkebunan kelapa sawit.

Data resmi terbaru menunjukkan bahwa 1,5 juta ha (9 persen) dari total perkebunan adalah pohon muda (belum menghasilkan) dan 14,5 juta ha atau 91 persen adalah perkebunan yang sudah menghasilkan.Namun, 46 persen dari pohon-pohon yang telah menghasilkan telah berusia sangat tua dan produktivitasnya kini berada dalam tren penurunan.

Pertumbuhan produksi CPO pada tahun 2005-2010 rata-rata sedikit lebih tinggi dari 10 persen per tahun terutama disebabkan oleh laju ekspansi perkebunan yang tinggi, tetapi pertumbuhan produksi tahunan menurun menjadi 7,4 persen pada tahun 2010-2020 dan semakin turun menjadi 3,2 persen pada tahun 2015-2020, dan kemudian stagnan atau bahkan menjadi negatif pada tahun 2020-2023.  Yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah bahwa produktivitas minyak kelapa sawit Indonesia hampir stagnan.

Data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menunjukkan bahwa produksi CPO mencapai 53 juta ton pada tahun 2023, dimana 11,6 juta ton digunakan untuk biodiesel, 10,4 juta ton untuk makanan (sebagian besar minyak goreng), 2,3 juta ton untuk oleokimia, dan sisanya untuk ekspor.  Karena konsumsi CPO dalam negeri terus meningkat, beberapa analis telah menyatakan keprihatinannya bahwa peningkatan target yang signifikan dalam produksi biodiesel wajib dapat mempengaruhi pasokan CPO untuk makanan dan penggunaan industri lainnya. Oleh karena itu, target B50 di tahun 2029 tampaknya patut dipertanyakan, terutama karena produksi CPO kemungkinan akan terus menurun tanpa adanya terobosan kebijakan pemerintah.

BACA JUGA: Mandatori Biodiesel Hemat Devisa Rp 122 triliun Serta Jadi Pilar Penting Menuju Net Zero Emisi

Oleh karena itu, menjadi sangat penting bagi presiden (pemerintah) yang baru untuk memperkenalkan kebijakan yang koheren untuk merevitalisasi pertumbuhan perkebunan kelapa sawit sebagai andalan ekonomi negara dan untuk meningkatkan produksi CPO guna memenuhi permintaan konsumsi CPO yang terus meningkat untuk makanan, biodiesel, dan penggunaan industri lainnya.

Ada empat strategi terobosan kebijakan yang koheren yang diperlukan untuk memenuhi target produksi yang terus meningkat tanpa mempengaruhi komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi karbon dan mempercepat transisi ke energi terbarukan.

Dapatkan update berita seputar harga TBS, CPO dan industri kelapa sawit setiap hari dengan bergabung di Grup Telegram "InfoSAWIT - News Update", caranya klik link InfoSAWIT-News Update, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Bisa juga IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS.


Atau ikuti saluran Whatsapp "InfoSAWIT News", caranya klik link InfoSAWIT News dan Group Whatsapp di InfoSAWIT News Update

Untuk informasi langganan dan Iklan silahkan WhatsApp ke Marketing InfoSAWIT_01 dan Marketing InfoSAWIT_02 atau email ke sawit.magazine@gmail.com