InfoSAWIT, KUALA LUMPUR – Selama lebih dari 100 tahun, kelapa sawit telah ditanam sebagai tanaman monokultur, dengan berbagai praktik agronomi dan manajemen yang dikembangkan untuk memastikan pertumbuhan dan produksi yang optimal. Dalam dua dekade terakhir, pengelolaan perkebunan kelapa sawit telah berkembang mencakup aspek lingkungan dan sosial, memastikan produksi minyak sawit yang berkelanjutan dan memberikan dampak positif bagi manusia dan planet.
Berbagai standar keberlanjutan, seperti RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil), MSPO (Malaysian Sustainable Palm Oil), ISCC (International Sustainability and Carbon Certification), dan ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) telah diadopsi untuk mencapai tujuan ini.
Diungkapkan Teoh Cheng Hai yang merupakan Sekretaris Jenderal pertama Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) dan penasihat senior Solidaridad Network Asia, penilaian subjektif terhadap dampak berbagai praktik pengelolaan terbaik (Best Management Practices /BMP) menunjukkan keselarasan yang kuat dengan prinsip pertanian regeneratif, yang fokus pada kesehatan tanah, air, keanekaragaman hayati, dan mitigasi iklim.
BACA JUGA: Harga CPO KPBN Inacom Withdraw Pada Senin (13/5), di Bursa Malaysia Justru Menguat
Dimana BMP yang memiliki dampak positif tinggi meliputi, larangan menanam sawit di kawasan hutan, larangan penanaman sawit di lahan gambut dengan kedalaman berapa pun, dan pemeliharaan kawasan Nilai Konservasi Tinggi (HCV) dan Stok Karbon Tinggi (HCS)
“Praktik ini sejalan dengan persyaratan NDPE (No Deforestation, No Peat, No Exploitation) yang diatur dalam Prinsip dan Kriteria RSPO 2018 dan standar MSPO 2022. Komitmen NDPE telah diterima secara luas oleh rantai pasok minyak sawit berkelanjutan, dari petani hingga lembaga keuangan,” catat Teoh Cheng Hai dikutip InfoSAWIT dari The Edge Malaysia- Week edisi April 2024.
Lebih lanjut tutur Teoh Cheng Hai, kendati ada tumpang tindih antara BMP untuk produksi minyak sawit berkelanjutan dan pertanian regeneratif, terdapat perbedaan dalam hasil yang diharapkan dari kedua pendekatan tersebut. RSPO berfokus pada tiga pilar utama: Manusia, Bumi, dan Kemakmuran, sementara pertanian regeneratif menekankan kesehatan tanah, keanekaragaman hayati, dan peralihan dari monokultur.
BACA JUGA: Gunakan Bambu, Petani Anggap Proses Kastrasi Jadi Lebih Efisien
Pentingnya menjaga kesehatan tanah sangat krusial bagi kelapa sawit, yang memiliki siklus hidup ekonomi sekitar 25 tahun. Praktik pengelolaan tanah, seperti penanaman tanaman penutup tanah polong-polongan dan penggunaan tandan buah kosong (EFB) sebagai mulsa organik, memainkan peran penting dalam menjaga kesuburan tanah. Penanaman tanaman penutup tanah kacang-kacangan, misalnya, mengembalikan bahan organik dan meningkatkan kesuburan tanah melalui fiksasi nitrogen.