Isu Keberlanjutan di Tiongkok Terus Mengalir, Desakan Muncul dari Kebijakan Hingga Investor

oleh -4616 Dilihat
Editor: Redaksi InfoSAWIT
InfoSAWIT
Dok. InfoSAWIT/Beragam produk berlabel RSPO.

InfoSAWIT, BEIJING – Sementara upaya keberlanjutan di negara-negara Barat sering kali didorong oleh konsumen, peralihan di Tiongkok dipicu oleh sinyal kebijakan serta tekanan investor. Pada tahun 2020, Presiden Xi Jinping berjanji bahwa Tiongkok, negara pencemar terbesar di dunia, akan mencapai puncak emisi pada tahun 2030 dan netralitas karbon pada tahun 2060. Dalam perjanjian tahun lalu, Tiongkok dan Amerika Serikat sepakat untuk bekerja sama dalam mengekang hilangnya hutan.

Peraturan bursa saham domestik baru yang mengharuskan perusahaan untuk mengungkapkan informasi ESG (lingkungan, sosial, dan tata kelola) mulai tahun 2026 telah menambah tekanan bagi perusahaan di Tiongkok. Selain itu, Peraturan Uni Eropa tentang Produk Bebas Deforestasi (EUDR) yang akan datang memberikan dorongan tambahan, menurut para analis.


Mengniu, pada tahun 2023, berkomitmen terhadap rantai pasokan nihil deforestasi pada tahun 2030 dan bergabung dengan lembaga nirlaba multi stakeholder, Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) pada tahun ini. Perusahaan Yili memiliki target serupa untuk pasokan kedelai, minyak sawit, pulp, dan kertas, serta berencana meningkatkan pembelian tahunan minyak sawit bersertifikasi RSPO sebesar 50 metrik ton mulai tahun 2024 hingga mencapai 650 metrik ton pada tahun 2030.

BACA JUGA: Harga CPO KPBN Inacom Naik Tipis Pada Senin (3/6)

Salah satu produsen minyak sawit di Indonesia mencatat bahwa penjualan ke Tiongkok kini memerlukan standar yang lebih tinggi. “Mereka lebih memperhatikan keberlanjutan, tidak seperti di masa lalu ketika harga adalah satu-satunya faktor,” katanya dilansir InfoSAWIT  dari thepigsite.com.

COFCO juga memiliki target pada tahun 2025 untuk rantai pasok kedelai tanpa deforestasi di wilayah yang sensitif secara ekologis di Amerika Latin, termasuk Amazon. Mereka juga memiliki rencana untuk rantai pasok minyak sawit dan kopi yang berkelanjutan. Pada bulan Januari, COFCO International menandatangani nota kesepahaman dengan China Shengmu Organic Milk Ltd. untuk memasok 12.000 ton kedelai bebas deforestasi dari Brasil, dengan perjanjian untuk meningkatkan volume secara bertahap.

Kepala RSPO Tiongkok, Fang Lifeng, mengatakan bahwa permintaan Tiongkok akan minyak sawit berkelanjutan bersertifikat, yang awalnya didorong oleh perusahaan multinasional seperti L’Oreal dan Unilever, kini dipimpin oleh perusahaan lokal. Namun, permintaan ini hanya mencakup sebagian kecil dari total impor Tiongkok, yang pada tahun lalu mencapai 4,3 juta ton minyak sawit dan 99,4 juta ton kedelai.

BACA JUGA: Sertifikasi Skala Yurisdiksi untuk ISPO Dianggap Lebih Berbiaya Murah Bagi Petani Sawit

Biaya masih menjadi penghalang utama. Harga kedelai bebas deforestasi bisa mencapai US$ US$ 2-US$ 10 lebih mahal per tonnya, sedangkan minyak bersertifikasi RSPO bisa lebih mahal US$ 15 per ton.

InfoSAWIT

Dapatkan update berita seputar harga TBS, CPO, biodiesel dan industri kelapa sawit setiap hari dengan bergabung di Grup Telegram "InfoSAWIT - News Update", caranya klik link InfoSAWIT-News Update, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Bisa juga IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS.


Atau ikuti saluran Whatsapp "InfoSAWIT News", caranya klik link InfoSAWIT News dan Group Whatsapp di InfoSAWIT News Update

Untuk informasi langganan dan Iklan silahkan WhatsApp ke Marketing InfoSAWIT_01 dan Marketing InfoSAWIT_02 atau email ke sawit.magazine@gmail.com