InfoSAWIT, LAMPUNG – Institut Teknologi Bandung (ITB), bersama dengan Perhutani dan PT Hakaaston, telah mengembangkan inovasi baru dalam uji coba pembuatan marka jalan menggunakan bahan turunan getah pinus (gondorukem) dan produk samping biodiesel sawit (gliserol). Kolaborasi ini, yang diprakarsai oleh Pengelola Tol Terbanggi Besar (Bakter) dan PT Bakauheni Terbanggi Besar Toll (BTB Toll), bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan keberlanjutan infrastruktur jalan di Indonesia.
Dilansir InfoSAWIT dari laman resmi ITB, Senin (16/9/2024),Gondorukem yang dihasilkan dari distilasi getah pinus, dan gliserol, yang merupakan produk samping biodiesel kelapa sawit, dipilih karena kualitasnya yang dapat mendukung ketahanan dan keberlangsungan marka jalan. Proyek ini telah dimulai sejak tahun 2022 dengan dukungan dana dari Grant Riset Sawit – Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), serta melibatkan Asosiasi Inventor Indonesia di bawah kepemimpinan Prof. Ir. Didiek Goenadi.
Menurut Ade Rintoro dari PT Hakaaston, penggunaan bahan lokal ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), tetapi juga untuk mempromosikan penggunaan bahan ramah lingkungan. “Kami berharap inovasi ini dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan marka jalan berbasis fosil,” ujarnya.
Dosen Peneliti dari ITB, Aqsha, Ph.D., menjelaskan bahwa konsep penggunaan gondorukem dan gliserol untuk marka jalan telah diterapkan di luar negeri dan kini sedang dikembangkan secara lokal. Tim peneliti ITB bersama dengan Perhutani dan Hakaaston telah aktif mengembangkan formulasi ini sejak 2022, setelah sebelumnya melakukan uji coba di kampus ITB Jatinangor pada Oktober 2022 dan November 2023.
Dani Setyo Nugroho dari Perum Perhutani menambahkan bahwa kolaborasi ini merupakan langkah ideal karena melibatkan tiga pihak: ITB sebagai lembaga riset, Perhutani sebagai produsen gondorukem, dan PT Hakaaston sebagai pengguna potensial. Diharapkan, keberhasilan proyek ini dapat menghasilkan alternatif marka jalan yang lebih berkualitas dan kompetitif di pasar nasional.
Riadiano Muhammad, Project Manager Tol Bakter, menyambut baik langkah inovatif ini, menyatakan bahwa uji coba ini diharapkan dapat menghasilkan marka jalan yang lebih tahan lama dan sesuai dengan standar kualitas yang diperlukan.
BACA JUGA: Area Konservasi Bumitama Jadi Rumah Baru Owa Kalimantan yang Dilepasliarkan BKSDA
Dengan uji coba yang telah dilakukan pada marka garis tepi sepanjang 1.000 meter di Ruas Tol Bakter, para pihak berharap bahwa inovasi ini dapat segera diterapkan tidak hanya di Tol Bakter tetapi juga di jalan tol lainnya, mendukung pengurangan impor dan meningkatkan kemandirian dalam produksi infrastruktur jalan di Indonesia. (T2)