InfoSAWIT, NANNING — Inisiatif Indonesia dalam perhelatan China-ASEAN Expo (CAEXPO) ke-21 di Nanning, China, kembali menegaskan komitmennya terhadap kebijakan hijau dan pembangunan berkelanjutan. Pada hari kedua acara tersebut, digelar Dialogue for China’s Green Policy in CAEXPO 2024, yang menjadi ajang diskusi para pemangku kepentingan ASEAN dan Tiongkok mengenai penerapan kebijakan hijau dan rantai nilai berkelanjutan di kawasan tersebut.
Dialog yang diselenggarakan atas inisiatif Indonesia ini mengumpulkan berbagai pembicara ahli, termasuk Musdalifah Machmud, Staf Ahli Bidang Konektivitas Pengembangan Jasa dan Sumber Daya Alam Kemenko Perekonomian RI; Yonghong Li, Direktur Jenderal Foreign Environmental Cooperation Center dari Kementerian Ekologi dan Lingkungan Hidup Tiongkok yang hadir secara daring; dan Dr. Rizal Affandi Lukman, Sekretaris Jenderal Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC), yang hadir melalui platform virtual. Partisipasi mereka menunjukkan pentingnya diskusi mengenai kebijakan hijau dan rantai nilai berkelanjutan di kawasan ASEAN dan Tiongkok.
Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, Mardyana Listyowati, yang membuka dialog, menekankan pentingnya sinergi antara Indonesia dan Tiongkok dalam implementasi kebijakan hijau, khususnya di sektor pertanian dan komoditas berkelanjutan. “Pertemuan ini adalah bentuk dukungan konkret Indonesia terhadap kebijakan Green China yang akan diterapkan mulai 1 Januari 2025,” ujar Mardyana dalam keterangannya dikutip InfoSAWIT, Kamis (26/9/2024).
BACA JUGA: Wamendag RI Optimistis Kesepakatan Dagang Indonesia-Uni Eropa Rampung Tahun Ini
Ia berharap platform ini dapat mempererat jaringan dan kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan, terutama dalam menghadapi kebijakan China Green Value Chain yang segera diterapkan. Menurutnya, kerja sama erat antara ASEAN dan Tiongkok sangat penting untuk memastikan keberlanjutan ekonomi dan lingkungan di kawasan ini.
Staf Ahli Bidang Konektivitas Pengembangan Jasa dan Sumber Daya Alam Kemenko Perekonomian RI, Musdalifah Machmud, selaku pembicara utama, menjelaskan bahwa kebijakan hijau bukan sekadar tren global, melainkan prioritas nasional bagi Indonesia. “Kami telah mengintegrasikan kebijakan hijau ke dalam berbagai strategi nasional, seperti Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan kebijakan industri ramah lingkungan,” kata Musdalifah.
Ia juga menyinggung penerapan Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) sebagai upaya negara untuk memastikan bahwa industri kelapa sawit—salah satu komoditas utama Indonesia—berjalan sesuai dengan prinsip keberlanjutan. Standar ISPO dirancang untuk memenuhi tuntutan pasar global sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.
BACA JUGA: Ombudsman RI Pelajari Tata Kelola Sawit Pekebun Kecil Malaysia
Sementara itu, Sekjen CPOPC, Rizal Affandi Lukman, membantah klaim negatif yang sering kali mengaitkan perkebunan kelapa sawit dengan kerusakan lingkungan. Menurutnya, kelapa sawit adalah tanaman yang sangat efisien dan penting dalam mendukung transisi energi terbarukan melalui produk-produk seperti biodiesel. Program B30 yang diterapkan di Indonesia, mewajibkan pencampuran 30% biodiesel dalam bahan bakar diesel, menunjukkan peran strategis kelapa sawit dalam agenda energi hijau negara ini.