InfoSAWIT, BANDUNG – Industri perkelapasawitan Indonesia sedang berada di persimpangan antara tantangan produksi dan peluang pengembangan hilirisasi. Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kementerian Perindustrian, Setia Diarta, mengungkapkan bahwa meskipun ada proyeksi kenaikan produksi CPO (Crude Palm Oil) dalam beberapa tahun terakhir, sektor ini menghadapi beberapa isu kritis.
Saat ini, dari total luas kebun sawit di Indonesia, sekitar 9% masih belum menghasilkan. Dari 91% kebun yang sudah produktif, 46% di antaranya mengalami penurunan produksi. Kondisi ini menjadi perhatian utama karena berpotensi mempengaruhi pasokan bahan baku untuk industri hilir.
“Proyeksi produksi CPO tahun 2024 menunjukkan tren kenaikan, namun program hilirisasi industri kelapa sawit memerlukan perbaikan Good Agricultural Practices (GAP) di perkebunan untuk memastikan pasokan bahan baku yang stabil,” jelas Diarta saat menjadi pembicara pada seminar Inovasi Teknologi di Bandung dihadiri InfoSAWIT, pertengahan Juli 2024 lalu.
BACA JUGA: Penurunan Ekspor Sawit September 2024 Terjadi Pada Pasar CPO Utama
Ketersediaan bahan baku seperti CPO dan CPKO (Crude Palm Kernel Oil) yang terstandar merupakan salah satu syarat utama dalam program hilirisasi industri. Namun, saat ini terdapat potensi bottleneck dalam pertumbuhan industri hilir akibat kekurangan bahan baku berkualitas sesuai standar industri.
Dalam hal penggunaan minyak sawit untuk bahan pangan masyarakat, Indonesia mengalami kelebihan produksi. Berdasarkan Kepmendag No. 1528 Tahun 2022, kebutuhan nasional untuk minyak goreng curah, kemasan sederhana, dan minyakita mencapai sekitar 3,65 miliar liter per tahun, setara dengan 3,25 juta ton.
Sementara itu, kebutuhan minyak goreng untuk industri, UMKM, HORECA (Hotel, Restaurant, Catering), dan masyarakat mampu yang membeli produk kemasan bermerk diatur sesuai mekanisme pasar.
BACA JUGA: Produksi dan Konsumsi CPO September 2024: Tren Menurun Secara Tahunan, Kinerja Bulanan Stabil
“Keseimbangan antara produksi dan kebutuhan pasar sangat penting. Meski ada kelebihan pasokan untuk minyak goreng pangan, industri hilir harus memastikan bahan baku yang berkualitas untuk mendukung pertumbuhan dan pengembangan produk hilir,” tambah Diarta. (T2)