InfoSAWIT, KAPUAS HULU – Untuk pertama kalinya, King of Borneo (KOB), musisi asal Kapuas Hulu, berkolaborasi dengan Tuan Tigabelas, rapper nasional, dalam lagu bertajuk “Suar”. Lagu ini diperdengarkan perdana dalam acara musik bertema “Berdendang di Betang”, yang berlangsung di Rumah Panjang Sungai Utik pada 5 November 2024, di hadapan Masyarakat Adat Dayak Iban.
Kolaborasi ini merupakan bentuk solidaritas terhadap perjuangan Masyarakat Adat yang selama bertahun-tahun menjaga hak ulayat mereka dan melestarikan lingkungan. Upi, sapaan akrab Tuan Tigabelas, menekankan bahwa lagu ini adalah upaya membawa isu Masyarakat Adat ke dalam budaya populer.
“Musik adalah medium yang kuat untuk menyampaikan pesan. Kami ingin masyarakat luas memahami pentingnya pengesahan Undang-Undang Masyarakat Adat (UU MA) dan mendukung perjuangan Masyarakat Adat untuk mendapatkan keadilan,” ujar Upi dalam keterangan resmi dikutip InfoSAWIT, Rabu (27/11/2024).
BACA JUGA: Harga TBS Sawit Plasma Riau Periode 27 November – 3 Desember 2024 Turun Rp 35,82/Kg
Dalam sambutannya, Kepala Desa Sungai Utik, Raymundus Remang, menyampaikan filosofi hidup Masyarakat Adat Dayak Iban. “Tanah adalah ibu kami, hutan adalah bapak kami, dan sungai adalah darah kami. Kepercayaan ini menjadi dasar perjuangan kami untuk melestarikan alam,” tuturnya.
Raymundus berharap semakin banyak pihak yang bersuara untuk mendukung Masyarakat Adat, agar mereka dapat berdaulat dan hidup bermartabat di tanah leluhur mereka.
Namun, kenyataannya belum berpihak pada Masyarakat Adat. Menurut data Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), dalam 10 tahun terakhir terjadi 687 konflik agraria di wilayah adat. Ketiadaan UU MA menyebabkan lebih dari 11,7 juta hektar wilayah adat dikuasai oleh berbagai proyek strategis nasional.
BACA JUGA: Polisi Gagalkan Pencurian Buah Kelapa Sawit, Satu Pelaku Tewas Ditembak
Aday, gitaris King of Borneo, mengungkapkan bahwa lagu “Suar” lahir dari kekaguman mereka terhadap Masyarakat Adat. “Kami merasa bangga bisa membawakan lagu ini langsung di hadapan inspirasi kami, Masyarakat Adat. Mereka adalah penjaga alam sejati yang terus bertahan meski kebijakan sering kali tidak berpihak,” kata Aday.
Proses kreatif lagu ini didukung oleh gerakan Merapah Banua, yang diprakarsai oleh MADANI Berkelanjutan dan Putussibau Art Community. Trias Fetra, perwakilan Merapah Banua, menjelaskan bahwa kolaborasi ini adalah hasil diskusi mendalam dan komitmen untuk menyuarakan keadilan lingkungan dan hak-hak Masyarakat Adat.
“Proses ini tidak hanya menghasilkan karya seni, tetapi juga menjadi panggilan untuk bertindak, menggerakkan masyarakat untuk lebih peduli pada pelestarian hutan dan hak-hak adat,” jelas Trias.
BACA JUGA: Kabupaten Seruyan Tegaskan Komitmen Keberlanjutan melalui Sertifikasi RSPO Yurisdiksi
Kolaborasi King of Borneo dan Tuan Tigabelas menjadi simbol pentingnya dukungan lintas sektor untuk memperjuangkan hak Masyarakat Adat. Lagu “Suar” tidak hanya menjadi karya musik, tetapi juga sebuah pernyataan solidaritas, seruan untuk perubahan, dan upaya menjaga warisan budaya serta alam yang lestari.
Melalui seni, suara Masyarakat Adat kini menggema lebih luas, membawa harapan agar perjuangan mereka mendapat pengakuan yang layak, termasuk melalui pengesahan UU Masyarakat Adat yang selama ini dinantikan. (T2)