Permintaan Minyak dan Lemak Dunia Meningkat Drastis, Masa Depan Sawit Jadi Perhatian

oleh -33802 Dilihat
Editor: Redaksi InfoSAWIT
InfoSAWIT
Dok. Istimewa/ Pada acara Pakistan Edible Oils Conference (PEOC) ke-7 yang digelar pada 10-11 Januari lalu di Karachi, para analis pasar global memperhitungkan permintaan minyak nabati masih akan terus meningkat.

InfoSAWIT, KARACHI – Pada acara Pakistan Edible Oils Conference (PEOC) ke-7 yang digelar pada 10-11 Januari lalu di Karachi, para analis pasar global memperhitungkan permintaan minyak nabati masih akan terus meningkat, minyak sawit yang sebelumnya sebagai penyeimbang pasokan, perannya kini dikhawatirkan akan memudar menyusul harganya yang terus melonjak dan melebihi minyak kedelai.

Editor dan CEO Oil World, Thomas Mielke, mengungkapkan bahwa konsumsi global minyak dan lemak meningkat hampir tiga kali lipat dalam 30 tahun terakhir. Jika pada periode 1994/1995 konsumsi tercatat sebesar 92,6 juta ton, maka pada 2024/2025 angkanya diperkirakan mencapai 264,2 juta ton. Sawit yang awalnya hanya menyumbang 15% dari total konsumsi minyak dan lemak dunia kini mencapai lebih dari 30%.


Namun, pertumbuhan industri sawit menghadapi tantangan besar. Mielke menyoroti potensi ketidakseimbangan antara pemenuhan permintaan pangan dan pengembangan biodiesel serta Hydrotreated Vegetable Oils (HVO). “Jika produktivitas lahan tidak ditingkatkan atau ekspansi lahan tidak dilakukan, permintaan global untuk minyak sawit dalam sektor pangan bisa terganggu,” ujarnya dalam informasi yang diperoleh InfoSAWIT, Minggu (2/2/2025).

BACA JUGA: Harga Referensi CPO Februari 2025 Turun, Bea Keluar dan Pungutan Ekspor Ditetapkan US$ 195,66 per ton

Managing Director Glenauk Economics, Julian Conway McGill, turut menyampaikan dinamika pasar sawit melalui presentasinya bertajuk “Is Palm Oil A Poor Man’s Oil or A Premium Oil?”. Ia membahas bahwa lonjakan harga minyak sawit berpotensi menurunkan daya saingnya dibandingkan minyak nabati lainnya.

“Puncak ekspor minyak sawit terjadi pada 2019 dan belum kembali ke tingkat tersebut. Di sisi lain, ekspor kedelai dalam bentuk biji kini menjadi sumber pertumbuhan utama,” ungkap McGill. Ia menambahkan bahwa program replanting lebih efisien dibandingkan dengan membuka lahan baru guna menjaga keberlanjutan industri sawit.

Pendapat serupa disampaikan oleh Direktur Godrej International, Dorab Mistry. Ia menilai bahwa harga sawit yang telah melampaui kedelai menjadikannya lebih kompetitif di kelas premium. Meski demikian, Mistry menegaskan bahwa peran Indonesia tetap menjadi kunci dalam menjaga stabilitas pasar sawit global. Pernyataan Presiden Prabowo yang menegaskan komitmen Indonesia untuk membuka lahan sawit secara berkelanjutan disebut sebagai sinyal positif bagi pasar internasional.

BACA JUGA: Mendongkrak Produktivitas Sawit untuk Masa Depan Energi Alternatif Indonesia

Ekspansi sawit di Indonesia dinilai sebagai langkah strategis untuk memenuhi permintaan jangka panjang dari negara-negara konsumen non-Uni Eropa. Dengan permintaan minyak dan lemak yang terus meningkat, keputusan terkait produktivitas dan perluasan lahan akan menentukan masa depan industri sawit global. (T2)

InfoSAWIT

InfoSAWIT

Dapatkan update berita seputar harga TBS, CPO, biodiesel dan industri kelapa sawit setiap hari dengan bergabung di Grup Telegram "InfoSAWIT - News Update", caranya klik link InfoSAWIT-News Update, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Bisa juga IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS.


Atau ikuti saluran Whatsapp "InfoSAWIT News", caranya klik link InfoSAWIT News dan Group Whatsapp di InfoSAWIT News Update

Untuk informasi langganan dan Iklan silahkan WhatsApp ke Marketing InfoSAWIT_01 dan Marketing InfoSAWIT_02 atau email ke sawit.magazine@gmail.com