InfoSAWIT, JAKARTA – Dengan hasil produksi samping PFAD mencapai lebih dari 1 juta ton/tahun, jumlah ini sangat memadai sebagai bahan baku suatu industri. Dimana untuk saat ini penggunaan utama PFAD untuk bahan industri oleokimia, sabun, pakan ternak dan biodiesel. Padahal, PFAD memiliki potensi lain sebagai bahan baku guna memproduksi bahan atau senyawa bioaktif yang bermanfaat bagi kesehatan.
Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) adalah produk samping yang dihasilkan dari proses pengolahan minyak sawit kasar (Crude Palm Oil/CPO) menjadi Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) pada refinery plant. Jumlah produk samping PFAD pada proses penyulingan (refining) CPO berkisar 4% dari CPO yang diolah.
Proses refining /penyulingan minyak sawit terdiri atas beberapatahapan yaitu degumming dimana gum dan bahan lain yang tidak diinginkan seperti logam dan lainnya dihilangkan. Proses selanjutnya adalah bleaching dimana minyak sawit warnanya dipucatkan, umumnya dilakukan menggunakan penyerap warna berupa bleaching earth, dilanjutkan dengan proses deodorisasi untuk penghilangan senyawa-senyawa yang menimbulkan bau yang tak diinginkan. Pada proses deodorisasi inilah PFAD dihasilkan. Diagram Proses Refinery dapat dilihat pada Gambar.
BACA JUGA: Dikala Wall Street Heboh ChatGPT, Justru Saham Emiten Sawit Kembali Menghijau Pekan Ini
Indonesia secara nasional memiliki kapasitas refinery CPO sekitar 45 juta ton per tahun pada tahun 2014 (Reuters.com, 2014). Dengan demikian jika refinery tersebut beroperasi pada 75% kapasitas terpasangnya akan terdapat produk samping PFAD sebesar lebih dari satu juta ton per tahun. Jumlah ini tentu cukup memadai sebagai bahan baku suatu industri. Saat ini penggunaan PFAD yang utama adalah untuk bahan industri oleokimia, sabun, pakan ternak dan biodiesel.