InfoSAWIT, JAKARTA – Industri perkebunan kelapa sawit dianggap menjadi penyelamat ekonomi negara paska pandemi, lantaran nampak dari perolehan devisa negara yang mencapai US$ 50 miliar pada 2022.
Namun sayangnya pertumbuhan ekonomi itu juga dibarengi dengan isu tak sedap, yang kerap mengikuti perkembangan kelapa sawit. Kini isu yang akan menjadi tantangan baru di industri sawit yakni isu keberlanjutan.
Kendati dari sisi harga (price competition), harga minyak sawit lebih ekonomis, namun persaingan dalam pasar non price competition (NPC) semakin ketat. “Isu yang digunakan NPC melawan sawit adalah isu keberlanjutan. Baik dari sisi keberlanjutan ekonomi sosial dan lingkungan. Kita setuju bangsa ini telah komitmen menerapkan sustainability,” ungkap Ketua Dewan Pembina Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) Bungaran Saragih, saat memberikan kata sambutan pada acara Advokasi Sawit yang dihadiri InfoSAWIT, di Jakarta, Senin (14/8/2023).
BACA JUGA: Harga Minyak Sawit di Bursa Malaysia Naik RM 38 per Ton pada Rabu (16/8)
Lebih lanjut, dia menuturkan bahwa pelaku usaha di industri sawit pun tak sedikit yang telah memiliki sertifikat Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO). Untuk itu, ia kembali mendorong seluruh stakeholder untuk mengadopsi konsep keberlanjutan dalam operasionalnya.
Sementara dampak sawit bagi perekonomian nasional tak bisa diragukan lagi, dimana perolehan devisa negara yang mencapai US$ 50 miliar tersebut bersumber dari ekspor produk sawit lokal senilai US$ 39 miliar dan penghematan devisa dari mandatori biodiesel sekitar US$ 10,3 miliar.
“Sehingga bila dihitung secara keseluruhan, industri sawit mampu menyumbang devisa hampir mencapai US$ 50 miliar, dan tidak ada komoditas lain yang seperti itu,” kata Bungaran.
BACA JUGA: Harga TBS Sawit Kaltim Periode I-Agustus 2023 Turun Rp 18,72/kg, Cek Harganya..
Lantas dari sisi penyerapan tenaga kerja, industri sawit telah mempekerjakan 16,5 juta tenaga kerja yang mencakup 2,5 juta rumah tangga petani. Menurutnya, ada 70 juta rakyat Indonesia yang ekonominya terikat dengan industri ini.
Tak hanya itu, Mantan Menteri Pertanian RI (2000-2004) itu juga mengungkap kontribusi industri sawit nasional di kancah global. Adapun, Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar pada 2006 dan mendominasi minyak nabati dunia. (T2)