InfoSAWIT, JAKARTA – Indonesia harus berbangga hati melihat hasil kerja para ahli Bio kimia dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yang berhasil membuat Bio diesel dan Bio fuel yang secara ekonomis dapat dilaksanakan dilapangan, ini merupakan “langkah besar” industri hulir kelapa sawit dan merupakan jawaban terhadap dunia terutama pada Uni Eropa atas ajakan perang mereka. Minyak sawit (CPO & PKO) merupakan minyak nabati yang digunakan sebagai bahan kimia, industri makanan dan energi terbarukan.
Tetapi apakah kita boleh bangga pada posisi produksi dan luasan kebun kelapa sawit Indonesia yang berada pada peringkat pertama? Rasanya tidak, karena faktanya “produktivitas TBS maupun minyak sawitnya sangat rendah” dibandingkan dengan potensi yang ada. Hal ini merupakan gambaran realitas kemampuan para ahli agronomi dan kemampuan atas kebijakan tentang kelapa sawit.
Para Pengelola, Agronomis dan Planter perkebunan kelapa sawit inilah yang bertanggung jawab atas rendahnya produktivitas. Di dalam industri Perkebunan kelapa sawit ada 3 prioritas utama yakni 1. produksi, 2. produksi 3, produksi, karena yang akan dijual adalah produksinya. Setelah itu selanjutnya baru yang lain. Bayangkan rerata Nasionalnya hanya 32 % dibandingkan terhadap potensi tanaman, memilukan bukan?
BACA JUGA: Harga CPO KPBN Inacom Naik Tipis Pada Rabu (17/7), Di Bursa Malaysia Juga Demikian
Ini memperlihatkan bahwa pengelolaan kebun kelapa sawit di Indonesia belum sepenuhnya mumpuni. Asosiasi Perkebunan Rakyat sebenarnya dapat memainkan peran penting di dalam pelaksanaan teknis dilapangan, pembuatan rekomendasi pemupukan, penyiapan pupuk, dll., agar produktivitasnya lebih baik. Perkebunan Besar Swasta baru 39 % dari potensinya, perlu memilah-milah Perkebunan yang baik, sedang dan kurang baik, sehingga pembinaannya lebih fokus. Perkebunan negara juga baru mencapai 45 % dari potensi tanaman, masih dapat ditingkatkan lagi.
Luas tanaman pada tahun 2023 tercatat 16.833.885 ha termasuk 1.530.517 ha yang masih bermasalah status lahannya. Tahun 2024 diprediksi menjadi 17 juta ha. Perkebunan Rakyat sebesar 37.43%, Perkebunan Besar milik BUMN 3,45% dan Perkebunan Besar milik Swasta 58.85%. PBS memiliki lahan paling luas sedang PBN paling kecil.
Produksi Nasional minyak sawit reratanya 2020-2023 adalah 46,169,911 juta ton. Gapki memprediksi produksi sawit pada tahun ini akan naik 4,87% secara tahunan menjadi 53,8 juta ton, tetapi GAPKI lupa bahwa tahun 2023 ada kemarau panjang yang mau tidak mau pengaruhnya sampai tahun 2024. Kenaikkan produksi dapat terjadi karena ada re-planting yang telah dimulai sejak tahun 2006, tentu yang telah mencapai umur diatas 3 tahun telah menghasilkan produksi.
BACA JUGA: Harga TBS Sawit Plasma Riau Periode 17-23 Juli 2024 Turun Rp 60,62/Kg, Cek Harganya..
Produktivitas kelapa sawit baik minyaknya atau Tandan Buah Segarnya tampak masih sangat rendah, misalnya Perkebunan Rakyat hanya 2,5 ton minyak sawit /ha/tahunnya atau sekita 13 ton tbs/tahun. Perkebunan Swasta hanya 3,4 ton minyak sawit/tahun atau hanya 16 ton TBS/ha. Perkebunan Besar milik BUMN agak lumayan mencapai 4,1 ton minyak sawit/tahun atau sekitar 18 ton TBS/ha. BEPnya dengan harga sekarang hampir Rp 3000/Kg di sekitar 7-8 ton TBS.