InfoSAWIT, NEW DELHI – Produsen barang konsumsi cepat saji (FMCG) terkemuka seperti Hindustan Unilever Limited (HUL) dan Wipro telah menaikkan harga produk sabun hingga 7-8 persen. Langkah ini diambil untuk mengimbangi lonjakan harga minyak kelapa sawit, bahan baku utama pembuatan sabun, yang mengalami kenaikan lebih dari 30 persen sejak awal tahun.
Neeraj Khatri, Kepala Eksekutif Wipro Consumer Care, menjelaskan bahwa kenaikan ini merupakan respons terhadap tekanan harga bahan baku. “Semua pelaku utama di industri ini telah menyesuaikan harga sekitar 7-8 persen untuk mengimbangi sebagian kenaikan tersebut. Penyesuaian harga kami sejalan dengan tren pasar,” ungkapnya dilansir InfoSAWIT dari IndiaTimes, Kamis (9/1/2025).
Wipro, yang memiliki merek sabun seperti Santoor dan Chandrika, bergabung dengan pemimpin pasar HUL yang telah menaikkan harga produk sabun seperti Dove, Lux, Lifebuoy, dan Pears. Harga sabun Lux (pak isi lima) kini menjadi Rs 155 dari Rs 145, sedangkan sabun Lifebuoy naik dari Rs 155 menjadi Rs 165.
BACA JUGA: Pelaku Usaha Sawit Didorong Patuhi Kewajiban Pajak
Selain sabun, HUL juga menaikkan harga teh dan produk perawatan pribadi lainnya. “Kenaikan harga selektif dilakukan untuk teh dan pembersih kulit akibat inflasi pada minyak kelapa sawit mentah dan teh,” kata juru bicara HUL.
Menurut laporan, harga minyak kelapa sawit telah meningkat 35-40 persen sejak September, dipicu oleh kenaikan bea masuk dan harga global. Minyak kelapa sawit, yang sebagian besar diimpor dari Indonesia dan Malaysia, saat ini mencapai Rs 1.370 per 10 kg.
Sementara itu, Tata Consumer Products Ltd (TCPL) juga melakukan kenaikan harga bertahap untuk teh hingga 25-30 persen. “Kami menaikkan harga secara bertahap untuk menjaga momentum volume dan menghindari guncangan permintaan,” kata CEO TCPL, Sunil D’Souza.
BACA JUGA: PT Pulau Subur Tbk Bangun Pabrik Pengolahan Sawit di Sumsel, Target Operasi Semester II 2025
Godrej Consumer Products Ltd (GCPL), produsen sabun Cinthol dan Godrej No. 1, menandai kenaikan harga minyak sawit dalam angka dua digit. Namun, manajemen GCPL memilih untuk tidak meneruskan seluruh beban kenaikan biaya kepada konsumen.
“Pertumbuhan harga akan tertinggal dari kenaikan harga input. Kami ingin tetap kompetitif di pasar,” ungkap manajemen GCPL.
Menurut Abneesh Roy, Direktur Eksekutif Nuvama Institutional Equities, langkah HUL sebagai pemimpin pasar kemungkinan besar akan diikuti oleh produsen FMCG lainnya. “Di sektor FMCG, umumnya semua mengikuti pemimpin pasar, jadi kenaikan harga ini akan meluas secara bertahap,” ujarnya.
BACA JUGA: Perluasan Sawit Dianggap Bisa Ancam Hak Masyarakat Adat dan Keanekaragaman Hayati
Dengan kenaikan harga ini, produsen FMCG berupaya menjaga keseimbangan antara margin keuntungan dan daya beli konsumen di tengah tekanan inflasi bahan baku. (T2)