InfoSAWIT, JAKARTA – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) melaporkan penurunan total ekspor minyak sawit pada November 2024 sebesar 8,69%, dari 2,888 juta ton pada Oktober menjadi 2,637 juta ton. Penurunan ini setara dengan 251 ribu ton dan terutama terjadi pada produk olahan minyak sawit (PO) serta minyak sawit mentah (CPO).
“Penurunan terbesar terjadi pada produk olahan PO yang turun 197 ribu ton dari 2,071 juta ton di Oktober menjadi 1,874 juta ton di November, sementara ekspor CPO turun sebesar 112 ribu ton menjadi 233 ribu ton,” ungkap Direktur Eksekutif GAPKI, Mukti Sardjono, dalam keterangan resmi ditulis InfoSAWIT, Minggu (26/1/2025).
Penurunan volume ekspor juga berdampak pada nilai ekspor, yang turun tipis dari US$ 2,943 juta pada Oktober menjadi US$ 2,904 juta di November. Hal ini terjadi meskipun harga rata-rata minyak sawit internasional meningkat dari US$ 1.203/ton menjadi US$ 1.308/ton CIF Rotterdam selama periode tersebut.
BACA JUGA: Konsep Strategi Ketahanan Bahan Bakar Nabati, Stop Impor BBM Fosil
Menurut laporan GAPKI, penurunan ekspor terbesar berdasarkan negara tujuan terjadi pada India, yang mencatat penurunan signifikan sebesar 310 ribu ton menjadi 420 ribu ton. Penurunan lainnya terjadi di Belanda yang turun 72 ribu ton menjadi 59 ribu ton, serta Mesir yang turun 52 ribu ton menjadi 75 ribu ton.
Namun, beberapa negara mencatat peningkatan volume ekspor. Pakistan mengalami kenaikan sebesar 132 ribu ton menjadi 370 ribu ton, dan ekspor ke China meningkat 70 ribu ton menjadi 510 ribu ton pada November 2024.
Secara keseluruhan, penurunan produksi sebesar 2,03%, konsumsi dalam negeri yang turun 2,54%, dan ekspor yang menyusut 8,69% menyebabkan stok minyak sawit nasional mengalami sedikit kenaikan. Stok akhir November tercatat mencapai 2,583 juta ton, naik dari 2,502 juta ton pada akhir Oktober.
BACA JUGA: Kick-Off Sistem Monitoring dan Evaluasi Program Prioritas Nasional 2025 Bidang Polhukhankam Dimulai
Meski demikian, dinamika ekspor ini menjadi perhatian, terutama terkait penurunan permintaan di pasar utama seperti India. Di tengah tantangan tersebut, peningkatan harga rata-rata minyak sawit memberikan sedikit optimisme bagi pelaku industri untuk tetap menjaga stabilitas kinerja ekspor ke depan. (T2)