InfoSAWIT, JAKARTA – Dalam pidato terbarunya di Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas), Presiden Prabowo Subianto menegaskan peran penting kelapa sawit bagi perekonomian Indonesia dan relevansinya secara global di berbagai industri, termasuk cokelat, deterjen, dan kosmetik. Pidato ini, yang menandai 100 hari pertama masa pemerintahannya bersama Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, menekankan arah kebijakan strategis, khususnya terkait keberlanjutan lingkungan dan tata kelola sumber daya alam.
Abu Meridian, Campaign Leader Kaoem Telapak, sebuah organisasi masyarakat sipil yang peduli pada kelestarian lingkungan dan perbaikan tata kelola sektor kehutanan, menyoroti momen ini sebagai waktu yang penting bagi kebijakan pemerintah. Dalam keterangan resmi diterima InfoSAWIT, (27/1/2025), Ia juga menekankan perlunya masukan berbasis data untuk mendukung praktik industri yang berkelanjutan di tengah tantangan lingkungan yang semakin meningkat.
Kajian terbaru mengungkapkan sejumlah temuan penting terkait kebijakan kelapa sawit dan dampaknya terhadap lingkungan, pertama, Deforestasi dan Krisis Lingkungan: Hutan primer dan lahan gambut memiliki kemampuan menyerap karbon yang jauh lebih besar dibandingkan perkebunan sawit. Konversi hutan menjadi perkebunan sawit secara signifikan berkontribusi pada emisi gas rumah kaca, mencapai hingga 200 juta metrik ton per tahun. Data dari The TreeMap tahun 2023 menunjukkan adanya peningkatan konversi hutan sebesar 36% menjadi 30.000 hektare.
BACA JUGA: Pabrik Sawit PT Mutiara Sawit Lestari Terbakar di Aceh Timur, Ini Musabanya..
Lantas kedua, Kapasitas Lingkungan Mendekati Batas: Wilayah seperti Sumatera, Kalimantan, dan Papua menunjukkan luas perkebunan sawit yang telah melampaui daya dukung ekosistem, sehingga mengancam keseimbangan ekologis.
Ketiga, Konflik Agraria yang Kronis: Lebih dari 1.100 kasus konflik terjadi di wilayah perkebunan sawit, sebagian besar dipicu oleh perolehan lahan tanpa persetujuan masyarakat, pelanggaran skema plasma, dan perizinan yang tidak sesuai prosedur.
Keempat, Dampak Langsung terhadap Biodiversitas: Ekspansi perkebunan sawit, terutama di hutan dataran rendah, menjadi ancaman besar bagi keanekaragaman hayati Indonesia, yang merupakan salah satu yang terkaya di dunia.
BACA JUGA: Ekspor Minyak Sawit Indonesia November 2024 Turun, Stok Meningkat
Kelima Produktivitas Kelapa Sawit yang Rendah: Produktivitas nasional rata-rata berada pada angka 3,6 ton CPO per hektare, jauh di bawah potensi optimal sebesar 6-8 ton. Dengan penerapan teknologi replanting dan praktik pertanian yang baik, produktivitas dapat ditingkatkan tanpa perlu membuka lahan baru.