InfoSAWIT, PALANGKA RAYA – Di tengah perdebatan mengenai dampak lingkungan dari perkebunan kelapa sawit, masyarakat lokal Kalimantan menghadirkan inovasi yang menginspirasi. Limbah tandan kosong kelapa sawit (TKKS), yang sebelumnya sering dibuang atau dibakar, kini diubah menjadi media tanam untuk menghasilkan jamur sawit, bahan pangan bernutrisi tinggi.
Jamur sawit, sejenis jamur tiram, dapat tumbuh subur di media TKKS setelah masa panen. Selain teksturnya yang lembut dan rasa gurih yang khas, jamur ini kaya akan protein, serat, serta berbagai mineral penting, menjadikannya alternatif bahan makanan sehat dan rendah lemak.
Eko Priyanto, seorang petani sawit dari Kabupaten Kotawaringin Barat, menjelaskan bahwa jamur sawit kini semakin diminati karena keunggulan rasa dan manfaatnya. “Kami memanfaatkan tandan kosong sawit yang sebelumnya hanya dibakar atau dibuang, sehingga ini menjadi solusi untuk limbah perkebunan sekaligus menambah pendapatan,” ujar Eko dilansir InfoSAWIT dari KBRN RRI, Selasa (28/1/2025).
BACA JUGA: BPDPKS Kembali Gelar Lomba Riset Sawit untuk Mahasiswa, 7 Bidang Riset Jadi Prioritas
Ia juga menambahkan, jamur sawit dapat diolah menjadi berbagai menu makanan, seperti sup, sate, hingga keripik. Inovasi ini telah menarik perhatian pengusaha lokal di Kalimantan Tengah, yang mulai mengembangkan produk olahan berbahan dasar jamur sawit, seperti bakso dan abon. Produk-produk tersebut kini tidak hanya dipasarkan secara lokal, tetapi juga telah menembus pasar nasional.
Dengan potensi ekonominya yang besar, inovasi jamur sawit membuka peluang baru untuk memaksimalkan nilai tambah dari perkebunan kelapa sawit. Selain memberikan penghasilan tambahan bagi masyarakat, budidaya jamur sawit juga membantu mengurangi dampak limbah sawit terhadap lingkungan, menjadikannya solusi yang lebih ramah lingkungan.
Upaya ini membuktikan bahwa dengan kreativitas dan inovasi, limbah sawit yang selama ini menjadi permasalahan dapat diolah menjadi produk bernilai tinggi. Jamur sawit bukan hanya menjadi sumber pendapatan baru, tetapi juga langkah nyata masyarakat Kalimantan dalam mendukung pengelolaan limbah perkebunan secara berkelanjutan. (T2)