Bank Ini Andalkan Pembiayaan Berkelanjutan, Minyak Sawit Dianggap Industri Hijau

oleh -1695 Dilihat
Editor: Redaksi InfoSAWIT
InfoSAWIT
Dok. SawitFest 2021/foto: Fitra Yogi/Ilustrasi Perkebunan Kelapa Sawit.

InfoSAWIT, JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) menyatakan bahwa sebagian besar portofolio pembiayaannya saat ini dialokasikan untuk industri kelapa sawit. Direktur Utama BRI, Sunarso, menegaskan bahwa pembiayaan ke sektor kelapa sawit termasuk dalam kategori pembiayaan berkelanjutan. 

“Sekarang yang besar (pembiayaannya) ke palm oil. Terserah mau menafsirkan, kalau saya bilang palm oil itu green,” ujar Sunarso. Ia menjelaskan bahwa kelapa sawit memiliki potensi besar untuk mengoptimalkan sumber minyak sebagai bahan baku biofuel, yang dianggap lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. 


Sunarso menekankan bahwa kelapa sawit merupakan salah satu kunci strategis dalam mendukung transisi energi di Indonesia. Menurutnya, setiap satu hektar kebun sawit dapat menghasilkan minimal 5 ton minyak per tahun. “Jika dihitung, 5 ton minyak sawit itu setara dengan berapa ton karbon yang diserap oleh pohon sawit dari udara. Jadi, saya masih mengkategorikan pembiayaan seperti ini sebagai renewable energy,” jelas Sunarso dilansir InfoSAWIT dari Katadata, pada sabtu (1/2).

BACA JUGA: Mendongkrak Produktivitas Sawit untuk Masa Depan Energi Alternatif Indonesia

Pernyataan Sunarso sejalan dengan pernyataan Presiden Prabowo Subianto yang sebelumnya menyatakan bahwa Indonesia tidak perlu takut dengan isu deforestasi untuk pengembangan kelapa sawit. Menurut Presiden, sawit juga merupakan pohon yang mampu menyerap karbon dioksida (CO2). 

“Ada daunnya. Ia menyerap karbon dioksida,” ujar Prabowo dalam sebuah kesempatan. “Kita juga harus menambah kelapa sawit. Enggak usah takut membahayakan, deforestasi. Jadi, para bupati, gubernur, pejabat, tentara, dan polisi, jagalah kelapa sawit kita.” 

Meskipun sawit memiliki kemampuan menyerap karbon, daya serapnya tetap lebih rendah dibandingkan dengan hutan alam. Menurut riset pohon sawit berusia 25 tahun mampu menyerap karbon sebesar 39,94 ton CO2 per tahun atau setara dengan 146,58 ton CO2 equivalent (CO2e). Namun, aktivitas perkebunan sawit justru menghasilkan emisi karbon, baik dari operasional perkebunan maupun perubahan simpanan karbon. 

BACA JUGA: Mencari Keseimbangan Sawit, Ekonomi, dan Keberlanjutan Lingkungan

Achmad Surambo, Direktur Eksekutif Sawit Watch, menjelaskan bahwa alih fungsi lahan menjadi kebun sawit dapat menyebabkan emisi gas rumah kaca (GRK) yang berbeda tergantung pada karakteristik lahan. 

“Jika terjadi pada lahan padang rumput, emisi maksimum yang dihasilkan adalah -59 ton CO2-eq, sedangkan minimumnya -115 ton CO2-eq. Sementara itu, alih fungsi hutan di lahan mineral menghasilkan emisi maksimum 835 ton CO2-eq dan minimum 175 ton CO2-eq. Untuk lahan gambut, emisi maksimumnya mencapai 1.835 ton CO2-eq dan minimum 1.175 ton CO2-eq,” jelas Surambo dalam keterangan tertulis. 

InfoSAWIT

InfoSAWIT

Dapatkan update berita seputar harga TBS, CPO, biodiesel dan industri kelapa sawit setiap hari dengan bergabung di Grup Telegram "InfoSAWIT - News Update", caranya klik link InfoSAWIT-News Update, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Bisa juga IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS.


Atau ikuti saluran Whatsapp "InfoSAWIT News", caranya klik link InfoSAWIT News dan Group Whatsapp di InfoSAWIT News Update

Untuk informasi langganan dan Iklan silahkan WhatsApp ke Marketing InfoSAWIT_01 dan Marketing InfoSAWIT_02 atau email ke sawit.magazine@gmail.com