InfoSAWIT, BRUSSELS – Komisi Eropa mengumumkan penerapan tarif balasan terhadap impor jagung dan kedelai dari Amerika Serikat sebagai respons terhadap tarif baja dan aluminium yang diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump. Langkah ini akan diterapkan dalam dua tahap, dengan tarif mulai berlaku pada 1 April dan sepenuhnya efektif pada 13 April.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menjelaskan bahwa tahap pertama melibatkan pengenaan kembali tarif impor yang sempat ditangguhkan pada 2018 dan 2020, termasuk tarif 25% untuk jagung AS. Tahap kedua akan mencakup tindakan tambahan terhadap produk asal AS lainnya, termasuk kedelai, yang rinciannya akan diputuskan setelah diskusi dengan negara anggota Uni Eropa.
Langkah ini diperkirakan akan berdampak besar pada petani AS. Menurut analis pasar, AS mengekspor sekitar 3 juta hingga 4 juta metrik ton (mt) jagung ke Uni Eropa setiap tahun, yang mewakili sekitar 4% dari total ekspor jagung AS yang mencapai 60 juta mt per musim. Sementara itu, ekspor kedelai AS ke Uni Eropa mencapai 5 juta hingga 7 juta mt per tahun, lebih dari 10% dari total ekspor kedelai AS.
BACA JUGA: Produksi Sawit Terancam: Perlukah Negara Mengambil Alih?
Reaksi pasar terhadap tarif impor jagung AS bervariasi, terutama terkait dampaknya pada sektor peternakan Uni Eropa yang sangat bergantung pada pasokan jagung dari AS untuk pakan ternak. Seorang analis pasar Eropa menyatakan bahwa tarif ini dapat meningkatkan biaya produksi dan mengurangi daya saing sektor peternakan Uni Eropa.
“Spanyol, sebagai salah satu importir utama jagung AS, mungkin menghadapi kenaikan biaya yang berdampak pada daya saing produksi peternakan di Uni Eropa,” ujar seorang analis pasar dilansir InfoAWIT dari S&P Global Platts, Senin (17/3/2025).
Federasi Produsen Pakan Eropa juga memperingatkan bahwa kenaikan tarif dapat meningkatkan harga pakan ternak dan memberikan tekanan pada produsen daging serta susu di kawasan tersebut.
Namun, beberapa pedagang berpendapat bahwa dampak tarif terhadap harga jagung di Uni Eropa akan terbatas. Banyak pelaku pasar telah mengantisipasi kebijakan ini dan mulai mengalihkan sumber pasokan ke Ukraina, meskipun AS tetap menjadi pemasok jagung termurah.
BACA JUGA: Limbah Pabrik Kelapa Sawit PT. MSB Diduga Beroperasi Tanpa Izin Layak
Penerapan tarif ini diperkirakan akan mempercepat pergeseran sumber impor Uni Eropa dari AS ke negara lain, seperti Brasil dan Argentina. Seorang pakar pasar menyebutkan bahwa Brasil telah meningkatkan ekspor jagungnya dengan harga yang lebih kompetitif dan produksi yang stabil.
“Brasil, Argentina, dan Ukraina berada dalam posisi kuat untuk menggantikan jagung AS di pasar Uni Eropa,” ujar seorang sumber perdagangan.
Namun, meskipun alternatif ini kompetitif, tantangan logistik dan perbedaan kualitas dapat menjadi kendala dalam menggantikan pasokan AS sepenuhnya. Para pelaku industri juga melihat potensi Uni Eropa untuk mengeksplorasi solusi pakan ternak yang lebih berkelanjutan atau berbasis produksi lokal, meskipun langkah ini memerlukan waktu dan investasi besar. (T2)