InfoSAWIT, JAKARTA – industri kelapa sawit di indonesia kini tidak luput dari kebutuhan pengelolaan komunikasi yang baik. ini dilakukan tidak lain sebagai cara dalam menginformasikan visi dan misi perusahaan untuk seluruh stakeholder terkait, guna menangkal informasi yang tidak sesuai.
Perlukah divisi komunikasi dalam suatu perusahaan perkebunan kelapa sawit? Pertanyaan ini tentu menjadi pertanyaan yang dapat dijawab secara relatif bagi para pelaku usaha di sektor industri kelapa sawit. Jawabannya bisa perlu atau bisa juga tidak atau keduanya, tergantung pada situasi dan kondisi suatu perusahaan tersebut seperti apa dan bagaimana.
Ada pendapat yang mengatakan, “Seperti ini saja perusahaan sudah untung. Untuk apa membuat departemen atau divisi yang menangani komunikasi secara khusus. Kan bisa disambil-sambil dengan departemen yang lain. Cuma nambah-nambahin cost saja”. Kira-kira begitulah pendapat singkat yang dijadikan jawaban ketika menyikapi perlunya bidang komunikasi ini bagi sebagian perusahaan.
BACA JUGA: Selain Pendanaan, Penerapan RAN KSB Butuh Kerjasama Lintas Sektoral
Di lain sisi, bagi sebagian perusahaan ada juga yang memandang komunikasi perusahaan adalah aspek yang sangat penting. Jika tidak dikelola dengan baik, bisa membuat perusahaan rugi besar. Buruknya, bisa membuat perusahaan bangkrut. “Sekarang era informasi terbuka. Konsumen yang menentukan sebuah produk. Persepsi yang ada pada benak konsumen ditentukan oleh informasi yang diterimanya. Oleh karena itu, mau tidak mau perusahaan harus ikut didalam perubahan zaman ini dengan mengelola informasi dan mengomunikasikannya dengan baik“ begitulah kira-kira bagi sebagian yang menganggap komunikasi perusahaan itu perlu.
Lantas bagaimanakah dengan anda menyikapi kondisi demikian? Apakah anda berada pada bagian yang “setuju” dengan bidang komunikasiperusahaan itu perlu dibuat. Atau sebalikan “tidak setuju” karena fungsi dan perannya masih belum signifikan dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan?. Atau pada posisi keduanya?, maksudnya terkadang ada, terkadang tidak ada (situasional).
Industri sawit merupakan industri yang sangat dinamis. Berbagai dinamika baik di dalam maupun di luar perusahaan akan selalu menyertai keberlangsungan bisnis ini. Boleh dikatakan, merupakan sebuah keniscayaan, bahwa industri ini tidak luput dari banyak persoalan didalamnya (internal). Kemudian ditambah lagi dengan isu-isu negatif tentang industri sawit yang sangat masif dilakukan oleh negara barat (eskternal) seperti banyak iklan-iklan yang tendensius terhadap produk barang harian yang didalamnya ada kandungan minyak nabati sawit dengan label anti sawit “free palm oil”.
BACA JUGA: Cerita Kapang, Dari Karyawan Kebun Hingga Jadi Petani Sawit Swadaya
Bahkan melalui berbagai kebijakan dinegara-negara produsen yang menggunakan produk turunan minyak sawit seperti Uni Eropa mulai membatasi impor dengan dalih bahwa minyak nabati sawit merupakan komoditas yang menimbulkan permasalahan lingkungan, kesejahteraan sosial dan lain-lain. Padahal ini adalah murni untuk melindungi komoditas mereka yakni minyak nabati dari bunga matahari.
Isu-isu negatif yang dimunculkan tersebut boleh jadi berdampak atau boleh jadi menyasar perusahaan anda. Dengan berbagai kepentingan, isu-isu itu sengaja diproduksi untuk menekan dan menjatuhkan citra dan reputasi perusahaan dengan memberitahukan kepada seluruh stakeholder anda bahwa adalah penyebab terjadinya kerusakan lingkungan, kesenjangan sosial, dan lainnya. Isu tersebut dibuat secara masif agar terus berkembang sehingga menjadi perbincangan publik dan membentuk persepsi negatif bagi masyarakat serta stakeholder lainnya. Bila tidak ditangani dengan serius, bisa bermuara kepada “label negatif ” dan bisa jadi masyarakat terpengaruh sehingga ‘meninggalkan’ produk perusahaan anda.