Kedua, memanfaatkan sebaik-baiknya pupuk organik yang dihasilkan pabrik kelapa sawit seperti tankos, solid, limbah cair, abu boiler bahkan sludgge yang telah menggumpal sebagai pengganti pupuk anorganik. Pengalaman di lapangan memperlihatkan bahwa tanaman yang diaplikasi pupuk organic yang disebutkan di atas memberikan produksi TBS yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang diaplikasi pupuk anorganik.
Ketiga, mengawali pekerjaan tepat waktu dan secara serempak, misalkan ada karyawan panen 1000 orang, terlambat memulai kerja 10 menit,berarti itu setara dengan 23 HK. Bayangkan jika bisa memotivasi karyawan dan bekerja lebih awal 5 menit.
Keempat, pengangkutan TBS lebih awal sehingga dapat mengurangi jam operasional Pabrik Kelapa Sawit (PKS), dengan catatan pemanen harus diatur menyelesaikan setengah pasar pikul terlebih dahulu dan langsung disusun ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) sehingga dapat diangkut lebih awal.
BACA JUGA: Tra-Kos Solusi Jitu Genjot Produktivitas Aplikasi Jangkos
Kelima, melakukan pekerjaan sesuai rotasi , harus diingat bahwa penundaan pekerjaan dari rotasi yang seharusnya adalah biaya. Oleh karena itu harus fanatik terhadap rotasi. (*)
Penulis: Marlon Sitanggang/ Divisi Head Agronomi Pt Union Sampoerna Triputra Persada (USTP)