InfoSAWIT, JAKARTA – Peremajaan (replanting) sawit menjadi kegiatan yang wajib dilakukan guna menjaga produktivitas perkebunan kelapa sawit tetap tinggi. Beragam teknik pun bisa menjadi pilihan, salah satunya Intercropping, hanya saja banyak faktor yang mesti diperhatikan.
Replanting atau peremajaan kelapa sawit menjadi hal yang krusial dalam menjaga produktivitas perkebunan. Namun, banyak yang masih bertanya-tanya, kapan waktu yang tepat untuk melakukan replanting? Menurut para ahli, jawabannya bergantung pada beberapa faktor penting seperti umur tanaman, serangan penyakit seperti Ganoderma, tinggi tanaman yang menyulitkan proses panen, dan penggunaan bibit ilegal yang berdampak pada rendahnya produktivitas.
Kegiatan replanting tidak bisa dilakukan sembarangan. Ada beberapa langkah utama yang harus dipersiapkan, mulai dari ketersediaan bibit yang berkualitas hingga pengukuran dan pemetaan lahan yang semuanya harus direncanakan dengan cermat. Setelah itu, persiapan lahan dilakukan melalui proses olah tanah, seperti membajak dan menggemburkan tanah, menebang tanaman tua, serta memperbaiki infrastruktur jalan dan parit. Selain itu, gulma juga harus dikendalikan dan tanaman sela, seperti kacangan, ditanam untuk menjaga keseimbangan lahan.
BACA JUGA: Pemprov Kalimantan Barat dan Solidaridad Sepakati Kemitraan Strategis untuk Sawit Berkelanjutan
Setelah lahan siap, barulah dilakukan penanaman kelapa sawit dengan mengikuti pola tanam yang tepat, termasuk menentukan populasi per hektar, ukuran lubang tanam, pemberian pupuk dasar, dan perlakuan fungisida. Tahapan ini diikuti dengan pemeliharaan intensif, seperti kastrasi (pemangkasan bunga), pengendalian hama dan penyakit, serta pemupukan secara rutin.
Dalam pemaparan yang disampaikan oleh tim peneliti dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), yang terdiri dari Iman Yani Harahap, Eka Listia, dan M. Syarovy, dijelaskan bahwa ada beberapa metode replanting yang bisa diterapkan. Salah satu metode yang menarik adalah intercropping, yaitu menanam tanaman sela di antara kelapa sawit. Namun, dalam memilih tanaman sela, harus diperhatikan agar tidak bersaing dengan kelapa sawit dalam hal penyerapan hara dan air.
Tim PPKS juga menekankan bahwa tanaman sela yang dipilih sebaiknya memiliki sistem perakaran yang berbeda dengan kelapa sawit, tidak rentan terhadap hama dan penyakit yang sama, serta bernilai ekonomis. Tanaman sela yang ideal juga harus mudah dikelola, memiliki permintaan pasar yang baik, dan jika memungkinkan, mampu meningkatkan kesuburan tanah serta memberikan efek positif terhadap kelapa sawit.
BACA JUGA: Permohonan Praperadilan Tujuh Perusahaan Sawit, Kejagung Anggap itu Tidak Berdasar
Namun, ada beberapa faktor pembatas yang perlu diperhatikan, seperti kesuburan tanah, kondisi iklim, dan curah hujan. Dua musim tanam yang berbeda sering kali menghadapi kendala, seperti hujan yang sulit diprediksi pada musim pertama dan air yang melimpah saat musim tanam kedua.