InfoSAWIT, JAKARTA – Merujuk informasi dari Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), sejatinya Pedoman Gender ini terdiri dari lima bagian, diantaranya pertama, apa itu Pemberdayaan Ekonomi Perempuan dan mengapa itu penting bagi RSPO?, dalam bagian ini akan menggambarkan kegiatan yang digunakan untuk dokumen Panduan Gender ini. Serta memvisualisasikan peran penting perempuan di sektor kelapa sawit, terutama sebagai buruh dan anggota keluarga petani kecil. Ini menjelaskan apa yang dimaksud dengan Pemberdayaan Ekonomi Perempuan, dan bagaimana hal itu dapat dicapai. Terakhir, menjelaskan mengapa pengembangan ekonomi perempuan menjadi penting untuk strategi bisnis perusahaan di sektor kelapa sawit.
Lantas kedua, perusahaan sebagai pemberi kerja; strategi untuk mengatasi kendala berbasis gender dari karyawan perempuan, pada bagian ini akan memberikan strategi praktis, dengan contoh, yang relevan untuk semua perusahaan yang mempekerjakan karyawan, baik di perkebunan, pabrik, penyedia tenaga kerja, dan petani kecil yang lebih besar.
Di perusahaan besar, manajemen bertanggung jawab untuk memastikan bahwa kendala spesifik berbasis gender dari karyawan wanita ditangani dan mengembangkan strategi bersama dengan departemen manajemen sumber daya manusia atau departemen tanggung jawab sosial perusahaan. Namun pelaksanaannya menjadi tanggung jawab semua personel, staf teknis, pengawas di berbagai tingkatan, dan staf lapangan.
BACA JUGA: Pertemuan G7: Target Penurunan Emisi Karbon, Butuh Aksi Nyata Bukan Sekadar Retorika
Dalam kasus pekebun swadaya, pengurus dan staf teknis dari kelompok / organisasi pekebun memainkan peran yang sama sebagai manajemen perusahaan. Mereka harus mempromosikan dan memfasilitasi agar anggotanya menerapkan kebijakan responsif gender dalam berurusan dengan karyawan mereka. Pembentukan Komite Gender sangat disarankan. Kelompok / organisasi petani kecil untuk isu ini dapat bekerjasama dengan perusahaan kelapa sawit pembeli. Jika perlu, bisa diminta bantuan dari lembaga swadaya masyarakat (LSM).
Seperti yang ditunjukkan, bagian manajemen sumber daya manusia yang responsif gender ini penting bagi semua pelaku dalam rantai, termasuk pedagang / pengolah dan penyedia tenaga kerja. Tidak semua saran mungkin relevan bagi mereka, tetapi disarankan untuk menerapkan elemen yang sesuai dengan tanggung jawab mereka. Perkebunan dan kelompok / organisasi petani kecil disarankan untuk mendiskusikan dan bekerja sama mengenai topik ini dengan pelaku lain dalam rantai pasok.
Ketiga, bekerja dengan petani swadaya: strategi untuk mengatasi kendala berbasis gender dari petani perempuan. Untuk bagian ini akan memberikan strategi praktis, dengan contoh untuk perkebunan yang bekerja dengan petani swadaya dan organisasinya, dan kelompok / organisasi petani itu sendiri. Ini menjelaskan bagaimana layanan dapat diberikan kepada kelompok-kelompok ini atau oleh kelompok kepada anggotanya agar mereka dapat diakses secara setara baik perempuan maupun laki-laki.
BACA JUGA: Bappebti Pastikan Bursa Sawit Berjalan Sesuai Rencana, Launching di Juni 2023
Bagian keempat, diperuntukkan bagi semua perusahaan (besar) yang ingin menjalin hubungan baik dengan masyarakat sekitar perkebunan. Hal tersebut merupakan tanggung jawab manajemen perusahaan, melibatkan staf terkait, misalnya, mereka yang bekerja di klinik kesehatan atau pusat penitipan anak atau sekolah, dan juga staf departemen tanggung jawab sosial perusahaan. Jika perlu, kerja sama dengan LSM, organisasi wanita, atau konsultan khusus disarankan.
Lantas kelima, Proses dan kapasitas internal. Bagian ini menyediakan pemindaian gender cepat, yang akan membantu perusahaan menilai sensitivitas gender perusahaan. Alat penilaian risiko juga disediakan, yang dapat digunakan untuk membuat proses internal perusahaan yang sensitif gender. (T2)
