InfoSAWIT, JAKARTA – Tan Sri Datuk Jusuf Basiron, Chief Executive Officer Malaysian Palm Oil Council (MPOC), telah menyampaikan makalahnya yang membandingkan minyak sawit dengan minyak nabati lainnya pada konferensi Society of Chemical Industri (SCB) di London. Dalam presentasinya, Ia menekankan bahwa produktivitas minyak sawit jauh lebih tinggi daripada minyak kedelai, kanola, dan bunga matahari. Meskipun luas kebun kelapa sawit di seluruh dunia hanya sekitar 12 juta hektar, produksinya jauh melampaui produksi kedelai yang memiliki lahan lebih dari 100 juta hektar.
Tercatat produktivitas minyak kelapa sawit jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman minyak nabati lainnya. Minyak sawit memiliki produktivitas per hektar yang hampir 4-7 kali lipat lebih tinggi daripada tanaman minyak nabati utama lainnya seperti bunga matahari, rapeseed, dan kedelai.
Meskipun kebun kelapa sawit hanya menggunakan 5% dari total lahan pertanian minyak nabati di seluruh dunia, minyak sawit menyumbang 28% dari persediaan minyak pangan global. Selain itu, harga minyak sawit relatif terjangkau dibandingkan dengan minyak dan lemak lainnya.
BACA JUGA: Sejumlah Universitas di Yogyakarta Bahas Kurikulum Sawit
Namun, keunggulan minyak sawit ini sering kali menimbulkan kontroversi dan serangan dari pihak-pihak tertentu. Peningkatan ekspor CPO (Crude Palm Oil) Indonesia sebagai produsen terbesar dunia telah meningkatkan persaingan perdagangan minyak nabati di pasar global. Negara-negara yang memproduksi minyak nabati lainnya, seperti kedelai, bunga matahari, kanola, mulai menyerang perusahaan kelapa sawit Indonesia dengan berbagai tuduhan negatif.
Tuduhan-tuduhan tersebut antara lain adalah risiko gangguan kesehatan dari konsumsi minyak sawit Indonesia sebagai bahan minyak goreng nabati, mutu CPO yang dianggap dibawah standar internasional, serta dampak pabrik-pabrik kelapa sawit terhadap pemanasan global melalui emisi gas rumah kaca.
Dalam menghadapi tuduhan-tuduhan tersebut, Derom Bangun, yang merupakan wakil dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), aktif dalam menjawab secara efektif melalui pendekatan ilmiah. Derom Bangun sering melakukan dialog dengan organisasi lingkungan internasional seperti Greenpeace untuk menyoroti masalah tersebut dan mencari solusi yang dapat diterima bersama.
BACA JUGA: Pemkab Labuhanbatu Utara Dorong Pengelolaan Sawit Berkelanjutan Melalui Program SFITAL
Greenpeace sendiri merupakan organisasi non-pemerintah yang berfokus pada kampanye lingkungan global. Mereka menggunakan aksi konfrontatif, kreatif, dan tanpa kekerasan dalam upaya mereka untuk mengungkap dan mengatasi masalah-masalah lingkungan.