InfoSAWIT, JAKARTA – Industri kelapa sawit terus menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi Indonesia, dengan nilai ekonomi sektor ini pada tahun 2023 mencapai lebih dari Rp750 triliun. Kontribusi sektor kelapa sawit yang mencakup aktivitas dari hulu hingga hilir menyumbang sekitar 3,5% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Selain menjadi motor penggerak ekonomi, industri ini juga mempercepat persebaran pertumbuhan ekonomi di luar Pulau Jawa.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berkomitmen untuk mendukung program hilirisasi industri berbasis sumber daya alam. Salah satu fokus utamanya adalah memastikan bahwa sektor industri dapat berkontribusi terhadap target global pengurangan emisi gas rumah kaca melalui pencapaian Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2050.
Direktur Jenderal Industri Agro, Putu Juli Ardika, mengungkapkan bahwa hilirisasi industri kelapa sawit tidak hanya meningkatkan nilai tambah produk ekspor, tetapi juga mendorong terciptanya industri hijau yang ramah lingkungan. “Salah satu langkah konkret adalah mengubah tandan kosong kelapa sawit (TKKS), yang selama ini dianggap limbah, menjadi produk bernilai tambah tinggi,” ujar Putu dalam keterangannya dikutip InfoSAWIT, Jumat (13/9/2024).
BACA JUGA: Harga CPO KPBN Inacom Turun Lagi Pada Jumat (13/9), Harga CPO Mingguan Melorot 1 Persen
Putu menjelaskan bahwa teknologi enzymatic memungkinkan TKKS diolah menjadi produk industri biokimia yang bisa menggantikan impor, seperti bioethanol, asam organik, dan bahan kimia lainnya. Teknologi ini juga membantu mengatasi masalah hama yang biasa tumbuh pada TKKS. Dengan inovasi ini, TKKS yang dulunya dianggap tidak bermanfaat kini menjadi sumber daya potensial bagi industri.
Salah satu inovasi Kemenperin adalah pengembangan teknologi fraksionasi TKKS, yang mengubah TKKS menjadi prekursor bahan kimia terbarukan seperti glukosa, xylosa, dan lignin. Prekursor ini penting untuk menghasilkan produk kimia berbasis nabati yang mendukung hilirisasi industri.
Untuk mendukung pengembangan teknologi ini, Kemenperin telah membangun Pilot Plant Fraksionasi TKKS dengan kapasitas 1 ton biomassa per hari. Fasilitas ini merupakan hasil kolaborasi dengan Institut Teknologi Bandung dan PT Rekayasa Industri, didanai oleh BPDPKS, dan diresmikan oleh Menteri Perindustrian pada Agustus 2024.
BACA JUGA: Pemerintah Pasaman Barat Gandeng Perusahaan Sawit Percepat Pengentasan Kemiskinan dan Stunting
Produk yang dihasilkan dari fraksionasi TKKS, seperti glukosa dan xylosa, dapat digunakan dalam industri bioethanol, pakan ternak, dan bahan baku plastik. Sementara itu, lignin dari proses ini bisa diaplikasikan dalam industri kertas, biokomposit, serta sebagai bahan bakar alternatif.