InfoSAWIT, KUALA LUMPUR – Standar Minyak Sawit Berkelanjutan Malaysia (MSPO) MS2530:2022, atau dikenal sebagai MSPO 2.0, secara resmi mulai berlaku 1 Januari 2025. Standar baru ini menghadirkan pedoman yang lebih ketat dalam keberlanjutan, keterlacakan, dan praktik etis dalam produksi minyak sawit.
Dalam pernyataan resminya, pihak MSPO menjelaskan bahwa MSPO 2.0 merupakan penyempurnaan dari standar yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 2013. Standar ini kini mengadopsi persyaratan yang lebih komprehensif dan selaras dengan tuntutan global terkait praktik bertanggung jawab terhadap lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan.
Sejak diperkenalkan, sertifikasi MSPO telah menjadi inti dari komitmen Malaysia terhadap transparansi dan keberlanjutan. Audit sertifikasi dilakukan oleh lembaga independen yang terakreditasi untuk memastikan standar integritas yang tinggi.
BACA JUGA: Papua Nugini Resmi Bergabung ke CPOPC, Untuk Sawit Berkelanjutan
Menurut MSPO, peningkatan dalam MSPO 2.0 mencakup langkah-langkah baru untuk memperkuat pengelolaan minyak sawit yang bertanggung jawab. Standar ini juga menghadirkan mekanisme keterlacakan rantai pasok yang lebih menyeluruh serta sertifikasi wajib untuk pedagang, yang membuat seluruh rantai pasok lebih transparan dan beretika.
Menteri Perkebunan dan Komoditas, Datuk Seri Johari Abdul Ghani, mengatakan bahwa MSPO 2.0 mencerminkan langkah proaktif Malaysia untuk memastikan minyak sawitnya tetap identik dengan keberlanjutan di pasar global.
“Melalui standar yang diperbarui ini, kami tidak hanya melindungi masa depan industri sawit Malaysia, tetapi juga terus menjadi acuan di tingkat internasional,” ujarnya dikutip InfoSAWIT dari Bharian.com, Jumat (3/1/2024).
BACA JUGA: BK dan CPO untuk Januari 2025 ditetapkan US$ 257,46 Per ton
MSPO 2.0 dipandang sebagai jawaban atas meningkatnya permintaan global untuk produk minyak sawit yang berkelanjutan. Sebagai salah satu produsen utama minyak sawit dunia, Malaysia berharap standar ini dapat memperkuat posisinya sebagai pemimpin dalam industri berbasis keberlanjutan.
Dengan implementasi standar baru ini, Malaysia memperkuat komitmennya untuk menyeimbangkan kebutuhan ekonomi, sosial, dan lingkungan, sekaligus memastikan minyak sawit lokal tetap diakui dan dihargai di pasar global. (T2)