InfoSAWIT, KUALA LUMPUR – Harga rata-rata minyak sawit mentah (CPO) melonjak sebesar 9,7 persen menjadi RM4.179,50 per ton pada 2024 dibandingkan RM3.809,50 per ton pada 2023, ungkap Menteri Perkebunan dan Komoditas, Datuk Seri Johari Abdul Ghani.
Pada Desember 2024, harga rata-rata bulanan CPO mencapai puncaknya di RM5.119,50 per ton, sementara harga harian tertinggi tercatat sebesar RM5.333,50 per ton pada 6 Desember 2024. “Kenaikan ini secara signifikan meningkatkan pendapatan ekspor produk kelapa sawit sebesar 15,1 persen menjadi RM109,3 miliar pada 2024, dibandingkan RM94,9 miliar pada 2023,” ujar Johari dalam pidatonya di Palm Oil Economic Review and Outlook Seminar 2025, dikuitp InfoSAWIT dari Bernama, Kamis (16/1/2025).
Total ekspor produk sawit dan turunannya mencapai 26,66 juta ton pada 2024, naik 8,9 persen atau 2,17 juta ton dibandingkan 24,49 juta ton pada 2023. Pasar utama ekspor Malaysia mencakup India, Tiongkok, Uni Eropa, Kenya, Turki, dan Filipina, dengan total volume ekspor sebesar 8,57 juta ton atau 50,7 persen dari total ekspor minyak sawit Malaysia pada 2024.
BACA JUGA: Produksi Kedelai dan Jagung Argentina Terancam Hadapi Gelombang Panas
Produksi CPO nasional juga meningkat 4,2 persen menjadi 19,3 juta ton pada 2024 dibandingkan 18,55 juta ton pada tahun sebelumnya. Johari menegaskan bahwa pemulihan dari kekurangan tenaga kerja turut mendukung stabilitas pasokan dan permintaan industri sawit Malaysia.
Di sisi lain, Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB) bekerja sama dengan Kedutaan Belanda dan Komisi Tinggi Inggris di Malaysia meluncurkan program National Initiative for Sustainable and Climate-smart Oil Palm Smallholders 2 (NISCOPS 2).
Inisiatif pemerintah-ke-pemerintah ini bertujuan meningkatkan kesejahteraan petani kecil sekaligus menangani perubahan iklim melalui adaptasi terhadap iklim, perlindungan hutan, dan pengurangan emisi karbon.
BACA JUGA: Harga CPO KPBN Inacom Withdraw Pada Rabu (15/1), Harga CPO di Bursa Malaysia Lesu
“Inisiatif ini mendukung komitmen Malaysia dalam Perjanjian Paris, Konvensi Keanekaragaman Hayati, dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB dengan menerapkan praktik pertanian cerdas iklim di Malaysia,” ujar MPOB dalam pernyataannya. (T2)