InfoSAWIT, KUTAI KARTANEGARA — Suara gong bergema di Gedung Pemerintah Kecamatan Kembang Janggut, Jumat (10/10/2025). Suara itu menandai babak baru perjalanan petani sawit di pedalaman Kutai Kartanegara. Bupati dr. Aulia Rahman Basri, M.Kes, dengan penuh semangat memukul gong, meresmikan peluncuran Program Smallholder Partnership AcCEleration atau SPACE — sebuah inisiatif PT REA Kaltim Plantations (REA) yang berfokus pada kemitraan inklusif antara perusahaan dan petani sawit swadaya.
Program ini bukan sekadar seremonial. Di baliknya, tersimpan upaya panjang membangun jembatan antara kesejahteraan petani, keberlanjutan lingkungan, dan rantai pasok yang bertanggung jawab. SPACE hadir untuk memastikan petani kecil tidak lagi berjalan sendiri di tengah dinamika industri sawit global yang semakin menuntut standar tinggi.
Melalui SPACE, REA membangun model kemitraan yang berpihak pada petani. Program ini melibatkan Desa Kembang Janggut, Koperasi Merah Putih, dan lebih dari 100 petani dalam tahap awal. Tujuannya sederhana: membantu petani meningkatkan pendapatan sekaligus menjaga keseimbangan dengan alam.
BACA JUGA: Harga CPO KPBN Inacom Withdraw pada Jumat (10/10), Perdagangan CPO di Bursa Malaysia Ditutup Melemah
Petani akan mendapatkan pelatihan praktik budidaya kelapa sawit berkelanjutan (Good Agricultural Practices), akses pembayaran yang lebih cepat, serta dukungan teknis untuk peremajaan tanaman. Lebih jauh, REA juga membuka peluang bagi petani untuk menanam kembali di lahan legal non-hutan, memastikan setiap tandan yang dipanen berasal dari sumber yang bertanggung jawab.
“SPACE bukan sekadar program, tapi cara baru untuk bekerja bersama petani dan masyarakat,” ujar Luke M.D. Robinow, Presiden Direktur REA, dalam keterangan resmi diterima InfoSAWIT, Sabtu (11/10/2025). “Kami ingin para petani menjadi bagian dari masa depan yang kami bangun bersama — di mana perusahaan, masyarakat, dan lingkungan tumbuh seiring.”
Peluncuran tersebut juga disertai dengan penandatanganan tiga Nota Kesepahaman (MoU) antara REA, pemerintah desa, koperasi, dan perwakilan petani. Momen itu menjadi simbol kolaborasi lintas pihak yang akan memperkuat akar pembangunan sawit berkelanjutan di wilayah ini.
BACA JUGA: Pemerintah Matangkan Implementasi B50, Targetkan Indonesia Tak Lagi Impor Solar pada 2026
SPACE bukan satu-satunya langkah REA dalam memperkuat inklusivitas petani. Sebelumnya, perusahaan telah menjalankan Program SmallHolder Inclusion for Ethical Sourcing (SHINES) sejak 2024, yang kini menunjukkan hasil konkret.
Melalui SHINES, REA membantu ratusan petani memperoleh dokumen penting seperti STDB (Surat Tanda Daftar Budidaya) dan SPPL (Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan) — fondasi legal untuk memastikan praktik budidaya sawit sesuai hukum dan berkelanjutan. Hingga kini, 173 petani telah mengajukan STDB, 105 e-STDB telah diterbitkan, dan 59 SPPL telah difasilitasi.