InfoSAWIT, JAKARTA – Lantaran fungsinya yang beragam, dump truk sebagai salah satu moda transportasi dalam mendukung operasional perkebunan kelapa sawit, dibutuhkan pengelolaan yang sangat baik, supaya didapat target hasil operasi yang maksimal.
Dump Truck (DT) merupakan moda transportasi yang paling banyak digunakan untuk mendukung operasional perkebunan kelapa sawit. Beberapa kegunaannya yang utama adalah sebagai pengangkutan TBS, pengangkutan pupuk, pengangkutan laterit/tanah timbun, pengangkutan karyawan, dan lainnya.
Karena fungsinya yang begitu banyak, maka perusahaan sawit mempunyai kebijakan yang berbeda dalam memaksimalkan fungsinya. Perusahaan seperti Sinarmas mempunyai kebijakan untuk meng-handle seluruh kegiatan transportasi dengan menggunakan DT perusahaan. Mereka membentuk Divisi Transport yang khusus dalam mengatur pengangkutan TBS, CPO, Kernel dan Pengerasan Jalan (Surfacing).
BACA JUGA: Kemendag Tetapkan Rasio Pengali Ekspor Minyak Sawit Jadi 6 Kali, Per Januari 2023
Sedangkan perusahaan perkebunan kelapa sawit nasional rata-rata menggunakan DT perusahaan khusus untuk pekerjaan agronomi (Pupuk, Angkut Karyawan, dll) saja. Sementara untuk pengangkutan TBS dan CPO di serahkan kepada pihak ketiga (kontraktor).
Semakin banyak DT yang dimiliki perusahaan, tentu saja harus membutuhkan pengelolaan (management) yang semakin baik juga. Tujuannya, supaya DT bisa mencapai target operasi secara maksimal dengan tetap menjaga biaya maintenance sesuai dengan budget yang sudah ditetapkan. Salah satu parameter yang digunakan untuk menentukan biaya operasional DT baik atau tidak adalah Running Cost (Rp/KM). Dengan membandingkan running cost budget dengan running cost aktual di bulan berjalan bisa diketahui kinerja DT tersebut baik atau tidak.
Secara sederhana, Running Cost dihitung dengan membagi Total Biaya Operasional DT selama 1 tahun dengan Total KM yang digunakan selama 1 tahun. Semakin efesien biaya operasional ini (avaibility tinggi – cost maintenance rendah), maka semakin baik nilai kinerja DT tersebut. Mengelola operasional DT dengan baik adalah bagaimana seluruh biaya operasional ini bisa di manage dengan efisien.
BACA JUGA: BK dan Pungutan Ekspor CPO Periode 1-15 Januari 2023 Ditetapkan US$ 142/Ton
Untuk itu agar biaya operasional DT bisa efisien, ada 3 hal utama yang perlu dilakukan, pertama, Pengaturan Sopir, kedua, Pengaturan Bahan Bakar (solar) dan ketiga, Pengaturan Sistem Maintenance/Perbaikan.
Pengaturan Sopir
Upah minimal karyawan (termasuk sopir) sudah diatur oleh pemerintah setiap tahunnya. Perusahaan bisa memberikan tambahan upah (premi) bila sopir bekerja melebihi target yang ditentukan. Untuk menjaga biaya operasional bisa efisien, penekanannya adalah bagaimana meningkatkan kinerja sopir agar bisa selalu bekerja di atas target yang diberikan. Tidak benar, jika untuk menekan biaya operasional perusahaan memberikan upah serendah-rendahnya. Apalagi dibawah UMP yang ditetapkan pemerintah.
Pengaturan sopir yang benar dimulai dengan sistem penerimaan karyawan yang benar. Di beberapa kebun yang lokasinya sangat terpencil (remote area), untuk mendapat sopir yang baik sering kali menjadi kendala. Biasanya, situasi tersebut memaksa perusahaan mengangkat sopir dari tenaga muat/BM yang sudah mulai bisa nyetir. Hal ini kemudian berimplikasi pada perawatan kendaraan yang tidak maksimal, karena pengetahuan supir tentang DT yang minimal. Kejadian ini penulis alami di salah satu perkebunnan yang beroperasi di Papua.
Kedua, cara efektif untuk menanamkan kepedulian terhadap sopir adalah dengan konsisten menjalankan apel pagi. Apel pagi bisa dijalankan setiap hari seperti halnya di divisi agronomi (kebun). Atau bisa juga dilakukan seminggu sekali. Hal ini bisa diatur mengikuti kondisi/lokasi kebun masing-masing.
BACA JUGA: Dampak Permen LHK Nomor 5 Tahun 2021 Terhadap Perusahaan Sawit
Tujuan apel pagi, selain untuk mereview pekerjaan yang sudah dilakukan dan rencana yang akan dilakukan, penting juga untuk menekankan terkait perawatan unit. Apel pagi yang konsisten, juga akan mereduksi permasalahan yang ada. Paling tidak, masalah-masalah yang muncul di lapangan bisa langsung diketahui ketika menggelar apel pagi. Dari situ baru akan muncul solusi-solusi yang dibutuhkan. Apel pagi yang konsisten, merupakan langkah awal berjalannya Preventive Maintenance. (Muhammad Ramadhan Pohan/Praktisi Perkebunan Kelapa Sawit)