InfoSAWIT, KUALA LUMPUR – Stok minyak sawit Malaysia melonjak pada bulan Agustus ke level tertinggi dalam enam bulan terakhir, seiring dengan peningkatan produksi bulanan yang mencapai level tertinggi dalam sembilan tahun di tengah perlambatan ekspor. Peningkatan stok ini diperkirakan akan mempengaruhi harga minyak sawit mentah (CPO) yang saat ini mendekati level terendah dalam tujuh bulan.
Menurut Lembaga Minyak Sawit Malaysia (MPOB), stok minyak sawit di akhir Agustus naik 7,34% dari bulan sebelumnya, mencapai 1,88 juta metrik ton, yang merupakan level tertinggi sejak Februari.
Selain itu, produksi CPO pada bulan Agustus juga meningkat 2,87% dibandingkan bulan Juli, mencapai 1,89 juta ton. Ini merupakan tingkat produksi tertinggi sejak Oktober 2015. Meskipun produksi meningkat, ekspor minyak sawit dari Malaysia justru turun 9,74%, menjadi 1,53 juta ton.
BACA JUGA: Tuntut Harga Berondolan Sawit Naik, Supaya Ekonomi Masyarakat Meningkat
Sebuah survei Reuters sebelumnya telah memperkirakan stok minyak sawit Malaysia akan mencapai 1,86 juta ton, dengan produksi sebesar 1,89 juta ton dan ekspor sekitar 1,5 juta ton. Meskipun stok mengalami kenaikan, angka tersebut masih sesuai dengan perkiraan pasar dan tidak menunjukkan kenaikan yang signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.
Anilkumar Bagani, kepala riset di Sunvin Group yang berbasis di Mumbai, menyebut data MPOB ini netral bagi pasar minyak sawit. “Kenaikan stok berada dalam kisaran yang diantisipasi, dan jumlahnya lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu,” ujarnya dilansir InfoSAWIT dari theedgemalaysia.com, Selasa (17/9/2024).
Namun, beberapa pelaku pasar memperkirakan produksi minyak sawit pada bulan September masih akan tinggi. Di sisi lain, belum ada tanda-tanda peningkatan permintaan dari pasar utama seperti India dan China, yang dapat mempengaruhi harga CPO dalam beberapa waktu ke depan.
BACA JUGA: Koperasi Mujur Jaya Molino Gugat PT Agro Nusa Abadi ke PN Poso
Menurut perusahaan inspeksi independen AmSpec Agri Malaysia, ekspor produk minyak sawit Malaysia untuk periode 1-10 September turun 5,2%, menjadi 412.771 ton. Ini menunjukkan perlambatan ekspor masih berlanjut di bulan September.
Pasar juga memantau dengan cermat kebijakan biodiesel Indonesia serta kemungkinan perubahan struktur bea ekspor, yang dapat mempengaruhi pergerakan harga minyak sawit dalam beberapa bulan mendatang. Indonesia, sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia, berencana untuk menurunkan tarif pungutan ekspor untuk meningkatkan daya saing minyak sawitnya terhadap minyak nabati lainnya dan meningkatkan pendapatan petani. (T2)