InfoSAWIT, KUALA LUMPUR – Dewan Negara Penghasil Minyak Sawit (CPOPC) memperkirakan harga minyak sawit akan berada di kisaran RM4.000 hingga RM5.000 per ton pada 2025, didorong oleh stagnasi produksi di pasar utama seperti Indonesia dan Malaysia.
“Seiring meningkatnya permintaan global terhadap minyak sawit, stagnasi produksi diperkirakan akan menyebabkan kekurangan pasokan, yang pada akhirnya mendorong harga naik,” ujar Wakil Sekretaris Jenderal CPOPC, Datuk Nageeb Wahab, dikutip InfoSAWIT dari Bernama Rabu (11/12/2024).
Ia menjelaskan bahwa harga saat ini, sekitar RM5.000 per ton, kemungkinan bersifat sementara. Harga ini dipengaruhi oleh banjir yang tengah melanda Malaysia, yang memperkuat sentimen pasar yang bullish.
BACA JUGA: GAPKI Sampaikan Keprihatinan Terkait Kasus Penyekapan Ibu dan Anak di Bangka Belitung
Faktor-faktor seperti usia tanaman yang semakin tua, cuaca yang tidak menentu, serta terbatasnya ekspansi ke lahan perkebunan baru turut berkontribusi pada stagnasi produksi. Hal ini diperkirakan akan semakin membebani pasokan global dan mendorong harga minyak sawit ke level yang lebih tinggi.
Dalam pembahasannya mengenai keanggotaan CPOPC, Nageeb menyebutkan bahwa saat ini anggota penuh CPOPC meliputi Malaysia, Indonesia, Honduras, dan Papua Nugini. Sementara itu, Kolombia, Ghana, Nigeria, dan Republik Demokratik Kongo masih berstatus sebagai anggota pengamat.
Upaya juga sedang dilakukan untuk mengajak Thailand, produsen minyak sawit terbesar ketiga di dunia, menjadi anggota penuh. Jika Thailand bergabung, negara-negara anggota CPOPC akan menguasai sekitar 93 hingga 95 persen produksi minyak sawit global, sehingga memperkuat posisi mereka di pasar internasional.
“Dengan begitu, kami akan memiliki suara yang lebih kuat,” tandas Nageeb. (T2)