InfoSAWIT, SANUR – Bali kembali menjadi tuan rumah bagi lebih dari 500 peserta dari berbagai negara dalam konferensi internasional tentang kelapa sawit dan lingkungan, International Conference on Oil Palm and the Environment (ICOPE) 2025. Acara yang berlangsung di Bali Beach Convention Sanur ini diselenggarakan oleh Sinar Mas Agribusiness and Food, the Agricultural Research Centre for International Development (CIRAD), dan WWF Indonesia.
Konferensi ini dihadiri oleh delegasi dari berbagai negara seperti India, Belanda, Perancis, Malaysia, Inggris, Finlandia, Kolombia, dan Spanyol. Mereka berkumpul untuk berkolaborasi dalam merumuskan formula keberlanjutan, adaptasi iklim, dan transformasi industri minyak sawit yang lebih ramah lingkungan.
Konferensi yang dibuka oleh Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono, menjadi ajang bagi akademisi, ilmuwan, pemerintah, lembaga keuangan, pelaku industri, serta organisasi non-pemerintah untuk mendiskusikan masa depan industri sawit berbasis penelitian ilmiah.
BACA JUGA: Wamen Pertanian Sudaryono Singgung Pemulihan Ekosistem di Konferensi ICOPE ke-7
“Jika kita bersama-sama, kita bisa berjalan lebih jauh dan lebih cepat. Keberlanjutan industri sawit ini merupakan ‘telur emas’ bagi Indonesia,” ujar Sudaryono saat membuka acara ICOPE ke 7 yang dihadiri InfoSAWIT, Rabu (12/2/2025). Ia juga menegaskan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk mendukung tiga prioritas utama Presiden Prabowo Subianto, yakni swasembada pangan, swasembada energi, dan hilirisasi industri.
Jean-Pierre Caliman, Co-Chairman ICOPE 2025, mengungkap pentingnya keterlibatan global dalam mengubah tantangan lingkungan menjadi peluang. “Kita memiliki tujuan yang sama, yaitu menciptakan sistem pertanian kelapa sawit yang lebih ramah iklim dan berkelanjutan,” ujarnya.
Tema konferensi tahun ini mengusung “Transformasi Agro-Ekologis Kelapa Sawit: Menuju Pertanian yang Ramah Iklim dan Lingkungan”, mencerminkan urgensi untuk menjawab tantangan perubahan iklim.
Chairman and CEO Sinar Mas Agribusiness and Food, Franky O. Widjaja menekankan bahwa masa depan industri kelapa sawit bergantung pada inovasi dan kolaborasi erat antara pemerintah, pelaku usaha, akademisi, dan masyarakat.
“Kami berkomitmen untuk menerapkan praktik terbaik dalam pertanian berkelanjutan serta melindungi keanekaragaman hayati dan ekosistem di sekitar kita,” kata Franky.
Direktur Konservasi Yayasan WWF Indonesia, Dewi Lestari Yani Rizki juga menyampaikan pentingnya transformasi industri sawit menuju keberlanjutan untuk mendukung target penurunan emisi karbon Indonesia. “Diperlukan tata kelola yang serius agar industri sawit dapat menjawab tantangan pasar global,” tambahnya.
BACA JUGA: Wamen Pertanian Sudaryono Singgung Pemulihan Ekosistem di Konferensi ICOPE ke-7
Direktur Regional CIRAD, Jean-Marc Roda menyatakan bahwa ICOPE bertujuan menjadi katalis perubahan dalam industri kelapa sawit. “Konferensi ini menjadi tempat bagi para peneliti untuk berbagi data dan rekomendasi terbaru guna memandu evolusi sektor ini,” jelasnya.
Di tengah meningkatnya tantangan perubahan iklim dan kebutuhan pangan global, konferensi ini diharapkan mampu menghasilkan solusi nyata. Dengan pendekatan berbasis sains dan kolaborasi internasional, ICOPE 2025 diyakini akan membawa industri kelapa sawit menuju masa depan yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. (T2)