InfoSAWIT, JAKARTA – Minyak sawit adalah salah satu minyak nabati yang paling banyak dibahas dan diperdebatkan pada konferensi minyak nabati berkelanjutan G20 di Bali awal November 2022 lalu, dan juga pada KTT iklim COP27 di Mesir pada 6-18 November 2022. Komoditas tersebut akan kembali menjadi sorotan pada Konferensi tahunan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) 2022 di Kuala Lumpur pada 28 November-1 Desember lalu.
Ada dua alasan utama. Salah satunya adalah minyak kelapa sawit memiliki keserbagunaan yang sangat luas dan cukup tersebar di mana-mana. Menurut World Wide Fund for Nature (WWF), minyak sawit ditemukan di lebih dari separuh produk kemasan yang digunakan konsumen Amerika dan Eropa, termasuk es krim, lipstik, sabun, dan deterjen. CABI Agriculture and Bioscience memperkirakan produksi minyak sawit global mencapai 81 juta ton per tahun atau sebanyak gabungan produksi global minyak kedelai dan rapeseed. Minyak kelapa sawit juga menyumbang 40 persen dari minyak nabati yang diperdagangkan.
Alasan lainnya adalah kampanye negatif Uni Eropa yang terus-menerus terhadap minyak kelapa sawit telah menanamkan persepsi bahwa minyak kelapa sawit adalah salah satu pendorong utama deforestasi di negara-negara tropis.
BACA JUGA: Harga CPO Diprediksi Menguat, Musim Hujan Dikhawatirkan Batasi Pasokan
Isu tersebut tampaknya berhasil membangun persepsi yang sangat negatif di antara sejumlah besar konsumen di Eropa dan Amerika Serikat. Kelapa sawit seringkali langsung mengingatkan orang akan deforestasi.
Dalam upaya untuk meningkatkan citra pasar minyak sawit, para menteri dari 10 negara Afrika menandatangani deklarasi pada COP27 tentang Deklarasi Inisiatif Komoditas Berkelanjutan Afrika (ASCI) untuk semua tanaman pertanian. ASCI melengkapi Inisiatif Minyak Sawit Afrika, yang diluncurkan pada 2016 silam.
Itu adalah forum keberlanjutan seperti RSPO yang didirikan pada tahun 2004 dan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dan Malaysian Sustainable Palm Oil (MSPO), keduanya diterbitka pada tahun 2011. Perlu dicatat bahwa forum RSPO adalah inisiatif yang digerakkan oleh pasar tanpa dukungan atau keterlibatan pemerintah.
Empat grup minyak sawit terbesar di Indonesia bergabung dengan 10 konglomerat komoditas pangan lainnya dari seluruh dunia dalam peluncuran peta jalan pertanian menuju aksi iklim selama konferensi COP27.
Namun terlepas dari semua komitmen dan upaya keberlanjutan yang diperbarui, UE terus mengambil tindakan sepihak terhadap apa yang diklasifikasikan sebagai deforestasi.