InfoSAWIT, JAKARTA – Penggunaan janjang kosong untuk pemupukan organik dalam budidaya perkebunan kelapa sawit sangat dimungkinkan, kendati akan terasa manfaatnya pada tahun kedua pengaplikasian. Penggunaan janjang kosong sebagai pupuk pula membuktikan perkebunan kelapa sawit bisa dikelola secara ramah lingkungan.
Kelapa Sawit adalah salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang paling tinggi diantara semua tanaman penghasil minyak nabati, tanaman ini memiliki potensi produksi minyak mencapai 7 ton crude palm oil (CPO) per Ha.
Untuk mencapai rendemen (hasil minyak) CPO yang tinggi maka diperlukan persiapan bibit unggul, teknis budidaya yang terbaik (Best Practice Management), pemupukan yang tepat dan teknis panen yang terbaik, serta pengolahan CPO dengan standar tinggi.
BACA JUGA: Peran Penting Perempuan dalam Perkebunan Sawit Berkelanjutan
Pemupukan yang tepat adalah salah satu pekerjaan penting di perkebunan yang bisa mempengaruhi tingkat produksi TBS dan CPO, yang merupakan sumber pemasukan utama perusahaan perkebunan kelapa sawit.
Secara umum pemupukan kelapa sawit terbagi dua jenis pemupukan yaitu pemupukan anorganik dan pemupukan organik.
Pemupukan anorganik adalah pemupukan dengan menggunakan bahan kimia pupuk yang dibutuhkan tanaman kelapa sawit untuk tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi. Pupuk anorganik yaitu : Urea (Nitrogen), MOP (Kalium), TSP, RP (Phospat), Kieserit (Magnesium), Dolomite (Magnesium), Borate (HGFB), khusus gambut seperti Cu (CUSO4), Zinc (ZnSO4), Fero sulfat (FeSO4).
BACA JUGA: Eco Tourism Bali Bersama RSPO Dukung Industri Pariwisata Bali Ramah Lingkungan
Sementara, pemupukan organik adalah pemupukan dengan menggunakan bahan organik baik secara alamiah maupun dibantu dengan sentuhan bioteknologi. Salah satu penggunaan pupuk organik antara lain dengan aplikasi janjangan kosong dan limbah cair Pabrik Kelapa Sawit.