InfoSAWIT, JAKARTA – Dalam setahun terakhir, Yayasan Forum Petani Sawit Berkelanjutan Indonesia (FORTASBI) telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kapasitas petani sawit swadaya dalam rangka menumbuhkan dan menguatkan komitmen berkelanjutan. Upaya tersebut mencakup pelatihan dan pendampingan yang berhasil menjangkau 3.284 petani sawit swadaya di berbagai provinsi di Indonesia.
Kepala Sekretariat FORTASBI, Rukaiyah Rafik, menegaskan bahwa salah satu komitmen utama FORTASBI adalah percepatan implementasi standar sawit berkelanjutan melalui sertifikasi RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil), ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil), dan percepatan E-STDB (Sistem Informasi Geografis untuk Daftar Tanah dan Bangunan). “Komitmen ini ditunjukkan melalui dukungan penyediaan pelatihan untuk petani sawit swadaya,” ujarnya dikutip InfoSAWIT dari laman resmi Fortasbi ditulis Rabu (17/72024).
Berbagai pelatihan yang diselenggarakan oleh FORTASBI mencakup beberapa wilayah. Di Medan, FORTASBI bekerja sama dengan KUD Lestari berhasil melatih 1.583 petani. Di Kalimantan Timur, tepatnya di Kabupaten Berau dan Kabupaten Kutai Timur, FORTASBI bekerja sama dengan Koperasi Jasa Mutiara Kongbeng dan Asosiasi Sawit Rakyat Mandiri melatih 901 petani. Di Kalimantan Barat, tepatnya di Sekadau dan Landak, FORTASBI bersama APKS-KK berhasil melatih 600 petani swadaya. Selain itu, di Jambi, FORTASBI bersama Yayasan Setara Jambi melatih 200 petani swadaya di Kabupaten Tebo.
BACA JUGA: Harga TBS Sawit Plasma Riau Periode 17-23 Juli 2024 Turun Rp 60,62/Kg, Cek Harganya..
Pelatihan yang diberikan tidak hanya terbatas pada sertifikasi dan standar sawit berkelanjutan, tetapi juga mencakup budidaya kelapa sawit yang baik, pengelolaan kelembagaan, dan pertanian regeneratif (regenerative agriculture). Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan kolaborasi antara anggota FORTASBI, perusahaan, lembaga swadaya masyarakat (NGO), dan pemerintah kabupaten, seperti PT HDL di Landak, Unilever dan SNV di Sumatera Utara, USAID Segar di Kalimantan Timur, serta Dinas Kabupaten Sekadau.
Rukaiyah mengakui bahwa jumlah petani yang dilatih masih sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah petani swadaya yang mencapai 2,5 juta di Indonesia. Namun, dia berharap dampak dari pelatihan ini akan besar, dengan harapan bahwa para petani yang telah dilatih dapat menyebarkan ilmu yang mereka peroleh kepada petani lainnya.
Dalam pelatihan, FORTASBI menghadirkan pemateri, trainer, dan petani untuk saling memberikan masukan dan penguatan dalam isu keberlanjutan, praktik baik perkebunan sawit, serta materi lainnya seperti cara menghitung hasil panen, meningkatkan kualitas, dan praktek pengelolaan tanah. “Kami memberikan modul praktek yang mudah dipahami dan dipelajari oleh para petani, sehingga mereka dapat menerapkannya di lapangan,” tambah Rukaiyah.
Modul pelatihan yang diberikan bertujuan untuk memberikan dampak langsung pada petani, sehingga mereka dapat dengan mudah berbagi ilmu dan praktik baik kepada petani lain di luar kelompok mereka. Rukaiyah berharap program ini dapat diadopsi di berbagai daerah dengan cakupan yang lebih luas, sehingga memberikan dampak signifikan bagi jutaan petani sawit swadaya.
Tercatat dalam lima tahun terakhir atau periode 2018 – 2022, FORTASBI telah melatih ribuan petani sawit swadaya dengan jumlah sekitar 7.839 petani mendapatkan pelatihan atau sosialisasi standar RSPO, sosialisasi standar ISPO pada 412 petani, good agriculture practices pada 5248 petani, group manajer training pada 1259 petani, dan training of trainer pada 1326 petani. (T2)