InfoSAWIT, JAKARTA – Minyak sawit semakin banyak ditampilkan dalam berita dan opini positif dan bahkan direkomendasikan sebagai minyak nabati yang sangat dibutuhkan secara global tidak hanya untuk makanan dan berbagai produk konsumen lainnya tetapi juga untuk biofuel. Persepsi positif internasional ini patut disambut baik oleh presiden terpilih Prabowo Subianto yang memiliki agenda besar terkait kelapa sawit.
Bulan lalu pemerintah Amerika Serikat dan produsen pertanian mendesak penundaan pemberlakuan Peraturan Bebas Deforestasi (EUDR) Uni Eropa, yang dijadwalkan akan diterapkan pada tanggal 31 Desember. Jika EUDR mulai berlaku sesuai rencana, ekspor minyak sawit ke pasar UE akan menghadapi pembatasan yang ketat.
Sebuah laporan berbasis penelitian oleh Satuan Tugas Tanaman Minyak dari Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) yang berbasis di Swiss pada bulan Mei mematahkan mitos bahwa tanaman penghasil minyak seperti kelapa sawit pada dasarnya buruk. Sebaliknya, “praktik pertanianlah yang diperhitungkan. Begitulah cara tanaman ditanam, diproses, dan diperdagangkan. Yang membuat perbedaan adalah praktiknya, bukan tanamannya”.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Departemen Ilmu Geografis Universitas Maryland mengenai tren deforestasi di Indonesia antara tahun 1991 dan 2020 menyimpulkan, antara lain, Indonesia memiliki banyak lahan (sekitar 8 juta hektar) yang mengalami deforestasi sebelum tahun 2020 dan kurang dimanfaatkan.
“Indonesia adalah salah satu dari sedikit negara dengan hutan tropis yang berhasil memperlambat deforestasi. Dan dengan banyaknya lahan kosong yang tersedia saat ini, Indonesia dapat menghentikan pembukaan hutan sama sekali sambil tetap meningkatkan produksi minyak sawit,” berita Phys.org mengutip sebagian dari temuan penelitian dalam laporan awal bulan ini.
Namun laporan tersebut juga memberikan peringatan keras kepada pemerintah Indonesia untuk mempertahankan standar keberlanjutan yang tinggi dalam memanfaatkan sumber daya lahan.
BACA JUGA: Rekonsiliasi Keuangan Dana PSR di Bogor untuk Tingkatkan Transparansi dan Akuntabilitas
Laporan ini sangat menggembirakan bagi pemerintahan baru, yang berencana untuk menggandakan produksi minyak sawit Indonesia menjadi lebih dari 100 juta ton, untuk memenuhi permintaan pangan nasional dan global serta berbagai barang konsumsi dan biofuel lainnya yang terus meningkat.
Namun persepsi yang lebih positif lagi terdapat dalam buku berjudul Not The End Of The World yang ditulis oleh data scientist asal Skotlandia, Hannah Ritchie. Tema utama buku ini menantang kampanye abadi yang dilakukan sebagian besar LSM hijau di Eropa dan menegaskan bahwa kampanye menentang minyak sawit salah arah dan berpotensi membahayakan lingkungan dan pembangunan ekonomi. Bukunya menyajikan tandingan yang kaya akan bukti terhadap pandangan bahwa segala sesuatu berjalan ke arah yang salah, dan menawarkan pendekatan yang memungkinkan terhadap tantangan-tantangan yang mendesak di zaman kita.